Upacara Perkawinan Massal Umat Buddha Gunung Von

10 HARI YANG LUAR BIASA
-Upacara Perkawinan Massal Umat Buddha Gunung Von-
Oleh PMd. Andriyanto

Ambon, 20 Juni 2019
Perjalanan menyelusuri wilayah pedalaman di Maluku tepatnya di Gunung Von di Pulau Seram menjadi pengalaman yang menyisakan cerita haru yang tak terlupakan bagi kami yakni Pdt. Sugiyanto dan PMd. Andriyanto, serta menjadi sejarah yang luar biasa untuk umat Buddha khususnya di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Perjalanan ini melibatkan tim dari Yayasan Karuna Mitta Jaya diantaranya terdiri dari Sangha Theravada Indonesia (STI) dan Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (MAGABUDHI) yang terlibat langsung dalam kegiatan Upacara Perkawinan Massal Umat Buddha Gunung Von sebanyak 24 Pasangan Pengantin yang terdiri dari Suku Von dan Yamatitam serta pencatatan perkawinan oleh Dinas Dukcapil Kabupaten SBT serta didukung oleh Bimas Buddha Kemenag Provinsi Maluku serta Ditjen Bimas Kemenag RI.

Perjalanan dimulai ketika tiba di Bandar Udara Patimura Kota Ambon pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 (hari pertama) sekitar pukul 15.20 Waktu Indonesia Timur (WIT), setelah itu kami dijemput oleh umat Buddha di Kota Ambon untuk bersantap siang serta setelah itu diantar ke penginapan di Asrama BPPP Ambon kepunyaan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Hari kedua (13/6) perjalanan menuju Gunung Von kami lalui dengan naik Kapal Cepat dari pelabuhan Tulehu, Ambon menuju Pelabuhan Amahe, Masohi, Maluku Tengah dengan membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam, saat itu kami berangkat pukul 09.00 WIT, setibanya di pelabuhan Amahe kami sudah ditunggu oleh Oto (sebutan dari kendaran Travel) dan selanjutnya mampir untuk makan siang di Rumah Makan Solo yang memang si_empunya orang Solo bernama Ibu Sri. Saat-saat luar biasa segera dimulai ketika kami melanjutkan perjalanan menuju Kebun Kelapa, Hutan Namirang di Negeri Atiahu, Kecamatan Siwalalat sebagai tempat dilaksanakannya upacara, beranjak setelah makan siang separuh perjalanan kami lalui dengan lancar menyusuri jalan sembari melihat pemandagan pantai yang indah, separuh selanjutnya dihadapkan dengan sungai besar dan kecil yang ada kalanya memiliki arus yang deras dan dalam, kami menyeberangi sungai tersebut yang tidak kurang dari 25 sungai dengan perasaan yang berdebar-debar antara rasa takut dan seru, setelah hampir 5 jam perjalanan sampailah kami di Hutan Gunung Namirang di sebuah rumah singgah dimana tempat kegiatan akan dilakukan. Setibanya di rumah singgah kami selanjutnya menyiapkan berbagai keperluan, peralatan, perlengkapan termasuk menyelesaikan rumah singgah tempat para tamu bermalam serta berbagai aktivitas lain seperti meratakan tanah dan lain sebagainya. Dalam aktivitas persiapan, kami masih harus dihadapkan dengan terputusnya sambungan komunikasi karena sudah barang tentu di hutan tidak ada signal, listrik dan lain sebagainya, ini yang membuat hambatan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk kelancaran acara, serta keterbatasan kebutuhan lain termasuk makanan, air besih dan lain-lain, hal ini kami lalui sampai hari ketiga (14/6).


Hari keempat (15/6), kami mengunjungi Kepala Suku Von yaitu Tete Atibam Lessa, di Hotan Gunung Von, maksud kunjungan tersebut adalah untuk beranjangsana melihat kondisi kesehatan beliau dan mohon ijin untuk sukses acara uapcara perkawinan massal serta mohon kepada beliau untuk meminta warganya turun ke rumah singgah agar mengikuti upacara tersebut. Perjalanan kunjungan itu harus kami persiapkan dengan seksama, perbekalan, kondisi fisik dan lain sebagainya, karena kami harus melalui hutan belantara, menyusuri sungai, menyusuri tanah yang berlumpur serta menaiki bukit atau gunung ditemani hujan sepanjang perjalanan. Kondisi ini tak ayal membuat kami jatuh bangun selama 7 jam berjalan kaki. Sesampai di Beleo (rumah panggung dari kayu yang dibuat untuk pertemuan atau menyambut tamu) kami disambut oleh Kepala Suku berserta warga yang lain. Setelah membersihkan diri dari lumpur dan kotoran akibat perjalanan selanjutkan kami melakukan prosesi adat makan sirih pinang khususnya bagi pendatang baru (PMd. Andriyanto), kemudian bercengkrama, menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan serta jamuan makan ala warga Suku Von yaitu makan malam dengan singkong rebus sebagai pengganti ‘nasi’serta sayur daun singkong, walaupun ala kadarnya tetapi berasa nikmat, karena mungkin saking laparnya serta didukung suasanya yang tenang hingga kami bermalam di rumah kepala suku. Disaat yang sama di perkampungan warga Suku Von datang pula kepala Suku Yamatitam yaitu Tete Sabio berserta warganya yang ikut serta berkumpul dan bercengkrama. Akhirnya kami harus kembali ke rumah singgah dengan perjalanan yang sama seperti waktu berangkat.

Kedatangan Yang Mulia (YM) Bhikkhu Cittagutto Mahathera sebagai Padesanayaka Sangha Theravada Indonesia Provinsi Maluku, pada hari Minggu, 16 Juni 2019 (hari ke lima) kami sambut dengan kondisi apa adanya, seperti rumah singgah yang belum selesai, kondisi
jalan yang masih berlumpur, serta kebutuhan makan dan lainnya yang terbatas, tetapi dengan kondisi tersebut Bhante tetap tenang dan nyaman, bahkan beliau turut berjibaku membantu persiapan untuk suksesnya acara perkawiann massal, hingga akhirnya persiapan fisik untuk acara selesai tepat di hari ke enam menjelang kehadiran Sanghayanaka Sangha Theravada Indonesia, Pembimas Buddha Kemenag provinsi Maluku serta Pejabat dari Dirjen Bimas Buddha.


Sanghanayaka YM Bhikkhu Subhapanno Mahathera, Bapak Sariyono Pembimas Buddha beserta satu staff, Bapak Budiono Kasubag Sistem Informasi Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI beserta satu staff serta seorang Bapak Aweng wakil bendahara tim khusus (Timsus) dari Kota Ambon tiba di rumah singgah sekitar pukul 17.00 WIT pada hari ke tujuh (17/6), kami sambut bersama padesanayaka, serta umat Buddha Gunung Von. Kehadiran mereka menambah semangat untuk kesuksesan acara perkawinan massal, bahkan mereka merasa senang dan tertatik menikmati suasanya yang ada, bahkan pada malam harinya turut serta menyaksikan latihan tatacara upacara perkawinan (gladi kotor) bersama para pasangan pengantin.

Sejak hari pertama hingga hari ketujuh cuaca kurang mendukung yaitu sering turunnya hujan serta matahari yang enggan menyapa, disamping jaringan komunikasi putus serta keterbatasan-keterbatasan lainnya menjadikan kekawatiran acara tidak berjalan lancar bahkan dini hari di hari acara akan dilaksanakan hujan turun cukup deras.

Tiba saatnya (hari kedelapan, 19/6) acara puncak acara akan dimulai, sejak pukul 06.00 WIT cuaca cerah menghampiri bahkan matahari mulai menampakan diri dimana sebelumnya enggan muncul, pasangan pengantin sudah mulai hadir ditempat acara dengan pakaian yang sudah kami bawa dan bagikan, nampak berbeda dari biasanya dengan wajah penuh suka cita. Pejabat dari Dinas Dukcapil Kabupaten SBT yang berjumlah 4 orang juga telah hadir. Bapak Camat Kecamatan Siwalalat, Bapak Raja dari Negeri Atiahu, Bapak Kapolsek Siwalalat serta beberapa pejabat setempat juga telah hadir menambah kebanggaan tersediri serta sejarah yang luar biasa semua pejabat hadir dalam upacara tersebut.

Setelah semuanya siap, dilakukan simulasi terakhir upacara perkawinan serta tatacara pencatatan perkawinan. Pukul 09.00 acara upacara perkawinan massal umat Buddha Gunung Von dimulai, suasana khikmat terasa di Kebun Kelapa Gunung Von menambah kesunyian hutan menjadi kian hening. Prosesi upacara tahap demi tahap berjalan dengan baik yang dipimpin oleh Pdt. Sugiyanto, dari penyalaan lilin, pembacaan ikrar, pengikatan pita kuning dan kain kerudung perkawinan, wejangan singkat, pemberkahan oleh bhikkhu sangha serta penadantanganan surat keterangan perkawinan dan penutup, semuanya dilalui dengan lancar. Upacara perkawinan massal selesai selanjutnya acara pencatatan perkawinan oleh Dinas Dukcapil Kabupaten SBT. Pencatatan dimulai dengan sambutan-sambutan, pertama dari Padesananya STI Provinsi Maluku YM. Cittagutto Mahathera, Kedua dari Pembimas Buddha Kemanag Provinsi Maluku Bapak Sariyono mewakili Kakanwil Kemenag Provinsi Maluku, Ketiga dari Bapak Capat Kecamatan Siwalalat yang terakhir dari Kekanwil Dinas Dukcapil Kabupaten SBT yang dibacakan oleh staff Dukcapil, dalam sambutannya semuanya mengatakan merasa senang bahwa sejarah baru telah terjadi di Hutan Kelapa Gunung Von, sebagai tonggak peradaban baru diakuinya warga negara untuk dapat melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai warga negara, semua merasa berbangga. Setelah sambutan-sambutan berakhir tiba saatnya penyerahan simbolis Surat Keteraangan Perkawinan dari MAGABUDHI ke Dinas Dukcapil yang kemudian dilakukanlah pencatatan perkawinan secara resmi oleh Dinas Dukcapil Kab. SBT serta penyerahan simbolis Akta Perkawinan kepada pasangan pengantin yang kemudian diakhiri dengan doa oleh YM Cittagutto Mahathera. Rasa haru bercapur bahagia terpacar di wajah para pasangan pengantin ketika mendapat ucapan selamat dari para pejabat dan warga, seraya didukung oleh alam yang begitu cerah dihari upacara sampai semua acara berjalan dengan lancar dan sukses. Tidak ada kata lain kecuali bangga dan bahagia semuanya berjalan dengan baik.

Akhirnya kami, Sanghanayaka, Padesanayaka, Pembimas serta Pejabat dari Ditjen Bimas Buddha beserta rombongan harus beranjak dari Kebun Kelapa Hutan Namirang untuk kembali ke Kota Ambon membawa rasa bahagia sembari perjalanan menyelusuri sungai menuju Kota Masohi tempat kami singgah menginap karena sudah malam tidak ada Kapal Cepat yang menuju Ambon, setelah menginap baru pagi hari (hari ke sembilan, 20/6) kami naik Kapal Cepat menuju Ambon untuk berpisah ketujuan masing-masing. Di saat berpisah kami sempat membacakan paritta untuk umat yang sendang dirawat di rumah sakit, sebuah kesempatan baik yang tentu tidak kami lewatkan untuk memberikan semangat hidup dan kesembuhan dan pagi hari (hari ke sepuluh, 21/6) kami harus meninggalkan Kota Ambon dan Maluku.
Inilah cerita panjang tentang perjalanan luar biasa kami yang sangat melelahkan. Bagi kami, ini merupakan perjalanan yang sangat berat. Namun dibandingkan dengan pengalaman , rasa haru, bangga dan bahagia melihat kebahagiaan umat Buddha di Pedalaman Gunung Von di Kabupaten Seram Bagian Timur, perjalanan kami tidaklah seberapa. Terimakasih kepada semua pihak yang mendukung acara upacara perkawinan massal umat Buddha Gunung Von, masih ada tugas lagi untuk membimbing mereka menjadi keluarga Hitta Sukhaya, semoga ada kesempatan untuk datang kembali. Katong Samua Basudara_Kita semua bersaudara.

Berikut dokumentasinya :