Bombana

Kabupaten Bombana terletak di Sulawesi Tenggara, di sana ditemukan emas murni bermutu tinggi pada tahun 2008, dan sejak saat itulah Provinsi Sultra yang ibukotanya Kendari ini menjadi terkenal (banyak orang dari Makassar; Palu; Bone; Gorontalo dan kota-kota lainnya datang untuk menambang pasir emas di sana). PD MAGABUDHI sudah lebih dulu ada ditambah dengan 3 PC di 3 Kabupaten, yaitu di Konawe; Konawe Selatan dan Muna Barat.

Pada tanggal 12 s.d. 14 Agustus 2015 saya berada di Kendari namun bukan untuk lanjut ke Bombana, melainkan guna memenuhi undangan dari PD MAGABUDHI Sultra (yang sangat didukung oleh Bapak Sihar selaku Pembimas Buddha di sana). Bermula pada Januari yang lalu, Bapak Sihar datang ke Jakarta dan bertemu dengan Ketum kita, Romo Dharma K. Widya, untuk mengundang datang ke Kendari setelah pertengahan tahun ini, (rencana ini sudah pernah dua kali dilaporkan di dalam rapat PP, kemudian baru ada undangan yang konkrit pada Senin tanggal 10 Agustus, di mana saat itu karena mendadak, Ketum tidak sempat ke sana).

Hari Rabu tanggal 12 Agustus, begitu tiba saya langsung bergabung dengan para pengurus cabang yang hampir semuanya adalah transmigran asal Bali Utara, dan Ramani Since Mamangkey + Ramani Budiasih beserta jajarannya selaku PD.

Dalam rapat konsolidasi yang digelar oleh Pengurus Daerah (PD) tersebut, kita bersepakat atas tiga hal mendasar sebagai berikut.

  1. Theravāda

Sudah tepat, Bapak Pembimas mengajak kita dari MAGABUDHI untuk terus-menerus secara bersama-sama mengembangkan dan melestarikan Buddha Dhamma di daerah kerja beliau, karena kenyataannya keberadaan dan kinerja kita di seluruh pelosok provinsi yang amat luas itu cukup menggembirakan, kita tidaklah diam tetapi anggota MAGABUDHI aktif meladeni kepentingan umat Buddha di daerah pengabdiannya masing-masing, seperti di Moramo; Duria Asi; Raha; dan di Kota Kendari. Begitu juga bhikkhunya (dari STI), secara intensif dan rutin berkeliling ke desa-desa. Dalam pertemuan itu saja berkenan hadir Y.M. Bhikkhu Candakaro yang terbang dari Palu (Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah), beliau menyempatkan diri guna memberikan pengarahan serta masukan-masukan penting betapa sebaiknya kita harus berkoordinasi, dan dengan penuh semangat dan ketulusan tekun membina umat juga diri kita sendiri.

  1. Mandiri

Kehadiran anggota pengurus pusat (PP) di Sultra mungkin jarang sekali, walau begitu pengabdian yang tulus mestilah kita laksanakan setiap saat secara berkesinambungan, maka dari itu teman-teman di sana bertekad untuk memahami segala apa yang seyogianya dilakukan dan sedemikian rupa menempa diri supaya mampu melaksanakannya secara mandiri, tidak mau terlampau ‘tergantung’ kepada orang pusat (tetapi tentunya yang namanya berkomunikasi, menyamakan persepsi/visi-misi serta berkoordinasi atau saling membantu akan tetap kita praktikkan).

  1. Emas

Akhirnya, kami seluruh peserta rapat kerja menyadari bahwa menjadi anggota MAGABUDHI merupakan kesempatan emas untuk banyak berbuat baik, kami bertekad agar hal ini bukan sekadar gula-gula di mulut saja, tapi sungguh-sungguh akan diterapkan dengan konsekuen dan tulus dalam keseharian hidup kami.

photo

Begitu selesai acara rapat, bersama YM Bhante Candakaro (Padesa Nayaka) kami keliling sampai jauh malam ke Moramo, Puja Bakti bersama di Vihāra Sariputra (sebelumnya sempat meninjau Vihāra Buddha Metta di Desa Marga Cinta yaitu tempatnya Romo Mulyono), dan keesokan harinya kami ke Duria Asi, Puja Bakti bersama di Vihāra Dhammakerti. Semua kegiatan yang membesarkan hati seperti itu, bisa terlaksana dengan lancar karena difasilitasi/dikoordinir secara apik oleh Bapak Nam dan Romo Putu Suradnya, yang merupakan pioneer di Kota Kendari. Beliau berdua beserta keluarganya sudah sejak lama sangat peduli dengan kepentingan umat Buddha di seluruh Sultra, telah mengorbankan banyak waktu dan biaya demi terselenggaranya berbagai kegiatan di vihāra-vihāra (terutama di pedesaan, di mana umat kita terkonsentrasi). Sungguh satu pengabdian tanpa pamrih yang luar biasa, Anumodana dan mohon dilanjutkan.

Tidak ketinggalan Bapak Husen Kalangi (asal Makassar) yang baru saja 2 tahun aktif di Vihāra Ratana Dipa – Kendari, beliau rela selama 2 hari tutup toko demi suksesnya kegiatan kami tersebut.

Sangat menggembirakan sebetulnya, apabila kita sebagai anggota MAGABUDHI, apa lagi sebagai PC atau PD pandai memanfaatkan kesempatan emas untuk banyak berbuat baik demi kemajuan batin kita bersama. Semoga sukses dan berbahagia selalu dalam Dhamma.

Jakarta, akhir Agustus 2015. (USA)

photo (2) photo (1)