MAGABUDHI_ Semarang, 17 Januari 2016
“Menyikapi terjadinya teror bom di Jl Thamrin, Jakarta baru baru ini, umat Buddha hendaknya bersikap tenang, tidak marah dan penuh pengendalian diri”, demikian disampaikan oleh Pandita D. Henry Basuki dihadapan umat Buddha di Vihara Tanah Putih Semarang pd Minggu pagi, 17 Januari 2016.
Dikemukakan pula bahwa bila kita marah, maka kita cenderung benci dan membalas kebencian mereka dengan kebencian. Sesuai dengan ajaran Sang Buddha sebagaimana dijelaskan pada sikap Pangeran Dirghayu, kebencian tidak dibalas dengan kebencian, namun dibalas dengan cinta kasih. Hal ini sejalan dengan keterangan sikap Bhante Pannavaro Mahathera dihadapan pers pada Jumat silam.
Kita percayakan penyelesaian teror ini pada aparat keamanan negara yang sudah bertindak secara baik. Kalau kita terpancing kemarahyan sehingga lepas pengendalian diri, kemungkinan terjadi ketidak tenangan yang mengganggu stabilitas.
Pandita D. Henry Basuki yang dhammadesasa berjudul “Asita” pada puja bakti pertama Minggu tersebut, diikuti pembabarannya oleh generasi muda lintas iman yg tergabung dalam komunitas Pondok Damai. Selesai pujabakti, didampingi generasi muda Hikmahbudhi dan komunitas Pondok Damai Pandita D. Henry Basuki menerima kunjungan tokoh berbagai agama, antara lain Pendeta Wipropradipto, Pendeta Nathanail Sitepu, Pendeta Fien Paunno, (Kristen Protestan), Y,Eric Suwarmo (Katolik), Mubaliq Agus Supriyanto, Mubaliq Dodik Setiawan dan Caaf Rasnial (Islam).
Pada kunjungan tersebut para tokoh lintas agama berdiskusi mengenai kejadian teror bom di Thamrin, bersepakat untuk menjaga ketenangan pada umat asuhannya agar stabilitas dalam masyarakat terwujud guna membantu kerja aparat negara. Setelah itu, dengan mengambil hikmah pencerahan, di bawah pohon Bodhi para tokoh membacakan doa deengan harapan perdamaian tetap terwujud serta doa untuk para korban.