081312351976 ppmagabudhi@yahoo.com


MAGABUDHI_Semarang, 14 April 2016|
Kepala Badan Kesbangpol & Linmas Propinsi Jawa Tengah Drs Achmad Rofai, Msi  menyatakan bahwa kegiatan untuk membina kerukunan umat beragama pada saat ini ditangani oleh Badan Kesbangpol & Linmas, karena masalah legalitas dari Kementrian Hukum dan HAM wajib dipenuhi sebagai salahsatu syarat kelembagaan. Olehkarena itu diharapkan kepada setiap ormas segera menyerahkan bukti legalitas termaksud untuk kelancaran kegiatan maupun pembinaan.

Hal ini dikemukakan Achmad Rofai pada pembukaan “Forkomkon Antar Umat Beragama dan Penghayat Kepercayaan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016” pada 14 April 2016 siang di Riyadi Palace Hotel, Sala.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi pada Gubernur Jateng agar Jawa Tengah akan tetap kondusif.

Sebagai awal seluruh acara dibacakan doa secara agama Islam oleh KH Jaelani, Katolik oleh Sidik Pramono, Kristen Protestan oleh Pendeta Amas Gunawan, Konghucu oleh Ws Purwani dan Buddha oleh Pandita D. Henry Basuki.

Pendeta Waras Widigdo selaku Sekretaris Forrum Keadilan dan Hak Azasi Umat Beragama (Forkhagama) menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Kesbangpol & Linmas Jateng bekerjasama dengan Forkhagama sebagai organisasi yang mengerti permasalahan membina kerukunan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul antar umat beragama.

Pandita D. Henry Basuki, pemimpin agama Buddha dari MAGABUDHI sebagai salahseorang pendiri Forkhagama dalam ceramahnya mengemukakan bahwa midset ketidak rukunan sebenarnya dibentuk oleh penjajah dalam kurun waktu tiga setengah abad. Dengan politik adu domba demi kepentingannya, penjajah telah melakukan berbagai upaya agar terjadi perpecahan dalam masyarakat Nusantara. Secara local genius, nenekmoyang kita sebenarnya penuh toleransi, dapat menghargai adanya perbedaan, karena pada dasarnya masyarakat di Nusantara ini adalah majemuk.

Pola pikir penjajah telah demikian rupa meresap dalam masyarakat. Walau kita sudah cukup lama merdeka, namun pola pikir tersebut tetap tidak hilang karena dipelihara untuk kepentingan pihak-pihak yang tidak menginginkan kejayaan Indonesia.

Olehkarena itu, hendaknya sebagai pemimpin umat beragama kita melaksanakan revolusi mental. Mengedepankan nilai-nilai agama yang penuh kasih sayang,menyadari . bahwa kita tidak boleh hanyut pada pemikiran yang merusak persatuan. Tanpa tekad untuk tidak mau dihasut agar terjadi perpecahan, maka Indonesia yang bahagia sejahtera tidak akan terwujud.

Sudah waktunya pula kita tidak tinggal diam akan segala pelanggaran aturan agar supermasi hukum terlaksana dengan baik.

Sebagai penceramah, selain Pandita D. Henry Basuki, KH Jaelani dari Islam, Pendeia Waras Widigdo dan Romo Alexsios dari Kristen, Sujaelanto dari Hindu, Paulus Putoyo dari Katolik dan Ws Purwani dari Kongkucu.

Acara yang mengambil tema “Menuju Pembangunan Mental Bangsa Indonesia” berlangsung 2 hari ini diikuti oleh 50 pemimpin agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha dan Kongkucu dari seluruh wilayah ex Karisedenan Surakarta.