081312351976 ppmagabudhi@yahoo.com


MAGABUDHI_ Juwana, 3 Maret 2015

Patidana peringatan 16 tahun wafatnya YM Khemasarano Mahathera diselenggrakan pada Selasa malam, 3 Maret 2015 bertempat di Candi Khemasarano, Bakaran Wetan Juwana. (Kab Pati, Jateng)

Ratusan umat Buddha dari sekitar Juwana memenuhi halaman depan Candi, dalam suasana malam purnama menjelang peringatan Magha Puja 2558 yang jatuh pada hari berikutnya.

Enam belas tahun sudah YM Khemasarano Mahathera menghembuskan nafas terakhir kali. Bhikkhu yang wafat pada usia 73 tahun ini adalah salah seorang pendiri Sangha Theravada Indonesia. Sebagai peringatan, tiga tahun silam didirikan Candi Khemasarano sebagai monumen peringatan untuk mengenang jasanya. Semasa hidupnya mendiang Bhante Khema memberikan bimbingan dhamma yang mudah dipahami di segenap pelosok

Sebelum monumen itu berdiri, setiap tanggal 3 Maret sebagai hari wafatnya, umat Buddha memperingati dengan cara melaksanakan upacara pattidana..

Upacara yang dipimpin oleh Nanda dan Nida Karunia, personil PATRIA diawali dengan penyalaan lilin dan dupa oleh Pandita D. Henry Basuki.


Sutarno selaku Dayaka Sabha Candi Khemasarano Mahathera dalam sambutan selamat datangnya menyampaikan juga bahwa peringatan kali ini masih sederhana, memenuhi tekad umat Bujuga di Juwana memberikan pengormatan kepada mendiang Bhante Khema berupa pelimpahan jasa, sekaligus memperingati 3 tahun berdirinya Candi ini,

Berkaitan dengan acara ini, Pandita D. Henry Basuki, salahseorang anggota Pembina Pengurus Pusat MAGABUDHI menyayangkan bahwa acara perhormatan pada YM Khemasarano Mahathera masih belum banyak diketahui oleh umat Buddha. Dikatakan oleh Pandita Henry bahwa dalam kedekatan dengan mendiang bhante, banyak kesan yang terukir pada sanubarinya. Mendiang Bhante Khema pernah berpesan agar Pandita D. Henry Basuki memelihara keberadaan Kitab Badra Santi yang dibacakan dengan menggunakan tembang (lagu) Jawa agar makin banyak umat Buddha memahaminya. Pemeliharaan makna Kitab berisi ajaran agama Buddha yang dirangkai oleh Empu Santibadra, ayah Sunan Kalijaga ini antara lain diwujudkan dengan terbentuknya Langenswara Badra Santi di banyak desa di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Acara peringatan di desa Bakaran Wetan yang terkenal karena hasilnya berupa ikan bandeng, terasi, kerajinan kuningan dan batik tulis ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh sesepuh umat setempat, Sumarno yang diberikan kepada generasi muda Bodhi. Selesai acara ritual, dilaksanakan makan malam bersama, Hadir juga umat Buddha dari berbagai daerah, antara lain Semarang, Magelang dan Yogyakarta.