081312351976 ppmagabudhi@yahoo.com

SANGHA THERAVADA INDONESIA

Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya,
Jl. Agung Permai XV/12, Jakarta 14350
Telp (021) 64716739. Faks (021) 6450206.

Vihara Mendut,
Kotakpos 111, Kota Mungkid 56501, Magelang
Telp / Faks (0293) 788564.

PESAN WAISAK 2558 BE / 2014

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammàsambuddhassa

Pare ca na vijànanti, Mayamettha yamàmase
Ye ca tattha vijànanti, Tato sammanti medhagà
(Dhammapada 6)

Hari Trisuci Waisak memperingati tiga peristiwa agung yang terjadi pada bulan Waisak, yaitu peristiwa kelahiran Bodhisatta Siddhattha yang kelak menjadi Buddha Gotama, saat pencapaian Penerangan Sempurna Kebuddhaan, dan saat mangkat Buddha Gotama. Tiga peristiwa agung itu menjadi objek penghormatan bagi umat Buddha dalam Pujabakti Waisak. Tahun ini tepat pada tanggal 15 Mei 2014 kita memperingati Trisuci Waisak. Umat Buddha melakukan Pujabakti Waisak di candi, vihara ataupun cetiya dimana mereka berada.

Sangha Theravada Indonesia menyampaikan Pesan Waisak 2558/2014 kepada seluruh umat Buddha dengan mengangkat tema: Kerukunan Dasar Keutuhan.

Kerukunan itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pula pada akhirnya. Prinsip kerukunan sendiri mencakup tiga hal: sikap batin rukun, pencegahan konflik, dan persaudaraan. Awalnya berupa sikap batin rukun, pertengahannya berbentuk pencegahan konflik, dan akhirnya terjadilah persaudaraan atau keutuhan. Sikap batin rukun adalah pengendalian nafsu-nafsu keinginan egois. Nafsu-nafsu keinginan egois menjauhkan manusia dari sifat kemanusiaannya, sehingga menimbulkan konflik dan ketegangan dalam masyarakat. Pencegahan konflik adalah mencegah segala cara kelakuan yang bisa mengganggu keselarasan dan ketenangan masyarakat. Persaudaraan atau keutuhan akan menjadikan keselarasan hidup masyarakat bersama. Konflik sosial merupakan ancaman bagi masyarakat yang dapat menghancurkan berbagai pihak yang terlibat. Guru Agung Buddha mengatakan bahwa sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa dalam pertengkaran mereka dapat saling binasa, tetapi mereka yang menyadari kebenaran itu, akan segera mengakhiri pertengkaran. (Dhammapada 6)

Konflik perlu disadari bermuara dari tiga sebab utama, yaitu munculnya nafsu-nafsu ketamakan, kebencian, dan keakuan. Ketamakan akan menimbulkan pengambilan milik ataupun perampasan hak milik orang lain. Karena itu ketamakan dapat menimbulkan konflik antara orang yang diuntungkan dan dirugikan. Hasrat serakah akan menimbulkan kesengsaraan bagi orang lain, dan disitulah benih konflik timbul, seperti halnya pada saat orang melakukan penipuan ataupun korupsi tanpa menghiraukan terjadinya kesengsaraan hidup orang lain. Selain ketamakan, penyebab konflik yang lain adalah kebencian, ketidaksukaan mendalam yang terdapat dalam pikiran kita akan menimbulkan nafsu keinginan egois untuk menyusahkan ataupun membinasakan orang yang tidak disukai. Kebencian dapat disebabkan oleh berbagai bentuk perbedaan atau pandangan yang tidak dapat diterima dengan lapang dada, sehingga kebencian ini sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Konflik yang ditimbulkan dari kebencian dapat berlangsung lama karena masing-masing yang bertikai akan berusaha untuk saling menghancurkan. Pada saat sekarang ini rakyat Indonesia sedang melaksanakan pesta demokrasi Pemilihan Umum, tentu rakyat akan memilih sesuai dengan keinginannya, ada yang terpilih dan ada pula yang tidak terpilih, ada yang memperoleh suara banyak dan ada yang memperoleh suara sedikit, karena itu perlu dicegah terjadinya konflik karena penolakan hasil pemilihan tersebut. Adapun apabila terjadi berbagai keganjilan dalam proses pemilihan hendaknya dapat diselesaikan secara adil dan benar sesuai hukum yang berlaku.

Penyebab lain dari konflik adalah keakuan atau arogansi. Arogansi kekuasaan, kekayaan, kepandaian akan menimbulkan konflik, karena nafsu kesewenang-wenangan yang ditimbulkan dari arogansi itu akan menyusahkan hidup orang lain. Salah satu bentuk keakuan itu adalah sikap keras kepala bahkan anti toleransi akan memicu konflik bagi kehidupan sosial. Keras kepala karena kekuasaan, kekayaan, kepandaian selalu membuka pertikaian dengan orang lain. Karena itu kehidupan bersama dalam perbedaan ataupun kemajemukan agama dan budaya menjadi sulit terwujud ditengah-tengah sentimen keagamaan dan kebudayaan yang berkembang.

Menyadari konflik yang bisa saling menghancurkan dan membinasakan sangatlah penting, karena kehidupan yang diwarnai konflik akan menimbulkan suasana hati yang selalu penuh kecurigaan, ketidakpercayaan, ketakutan, kemarahan, dan berbagai bentuk pikiran negatif lainnya. Suasana hati seperti itu akan membuat hidup kita terpecah belah, saling terpisah dalam pertentangan. Padahal kehidupan kita, baik dalam keluarga, maupun bersama tetangga, bahkan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sangatlah perlu dibangun dalam kerukunan untuk menjaga keutuhan. Keutuhan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi sarana bagi tercapainya kehidupan sejahtera dan bahagia.

Guru Agung Buddha mengatakan terdapat empat hal yang dapat menimbulkan suasana kerukunan hidup: berderma, berbicara santun, melakukan hal yang bermanfaat, dan tahu menempatkan diri. Berderma atau menolong orang yang memerlukan bantuan akan menimbulkan suasana persahabatan, karena pada hakikatnya hidup yang saling tolong menolong akan dapat meringankan bahkan mengatasi kesusahan hidup. Berbicara santun akan menyenangkan orang lain, menimbulkan sikap saling menghormati satu sama lain. Penghargaan bagi setiap keberadaan manusia akan memanusiakan hidup masing-masing manusia. Melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain, sama halnya dengan saling melayani keperluan orang lain, permusuhan menjadi sirna, karena yang ada hanya kemanfaatan dan kebaikan bersama. Tahu menempatkan diri berarti menjaga diri agar tidak melakukan hal-hal yang buruk bagi sesama. Tolong menolong, saling menghargai, saling melayani, saling tahu menempatkan diri, akan membuat relasi antar manusia saling berdekatan, mendekatkan jarak sikap hati antar manusia. Itulah hal-hal yang dapat menimbulkan persaudaraan antar sesama manusia.

Kepada siapapun yang berhasil memperoleh kesuksesan, terutama pada saat Pemilihan Umum saat ini, Guru Agung Buddha menyatakan pelajarilah cara-cara untuk mendapatkan persatuan yang amat dipuji oleh beliau. (Jataka) Marilah menciptakan hidup rukun dengan tidak segan-segan memiliki kepedulian, berbicara dengan kerendahan hati, melakukan hal-hal yang bermanfaat, dan tahu menjaga diri dalam kebaikan kepada mereka yang mengalami kegagalan, agar supaya mereka tetap merasa diperlukan dan berguna untuk membangun bangsa dan negara. Karena kemajuan bangsa dan negara tentu melibatkan seluruh masyarakat bangsa Indonesia tanpa kecuali siapapun juga warga bangsa kita.

Semoga kerukunan hidup masyarakat kita menjadi dasar bagi keutuhan bangsa dan negara demi menyongsong masa depan yang lebih baik dan lebih bahagia. Guru Agung Buddha mengatakan berbahagialah mereka yang dapat hidup rukun, berbahagialah mereka yang dapat mempertahankan keutuhan. (Dhammapada 194)

Selamat Hari Raya Trisuci Waisak 2558/2014 bagi seluruh umat Buddha Indonesia. Semoga berkah Waisak melimpah pada kehidupan kita, hidup bahagia lahir maupun batin dalam Dhamma ajaran Guru Agung Buddha.

 

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi kita.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia

Kota Mungkid, 15 Mei 2014

SANGHA THERAVADA INDONESIA

ttd.

Bhikkhu Jotidhammo, Mahathera

Ketua Umum / Sanghanayaka