PESAN WAISAK 2560/2016
PESAN WAISAK 2560/2016
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammàsambuddhassa
Sabbā disā anuparigamma cetasā, Nevajjhagā piyataramattanā kvaci
Evam piyo putthu attā paresam, Tasmā na himse param attakāmo’ti
(Samyutta Nikāya I : 75)
Bila kita mengarungi dunia dengan pikiran,
maka kita akan menemukan bahwa diri sendirilah yang paling dicintai.
Karena tidak ada siapapun yang dicintai oleh seseorang selain dirinya sendiri,
maka perhatikan dan hormatilah orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri
Trisuci Waisak memperingati tiga peristiwa suci dalam kehidupan Guru Agung Buddha Gotama, yaitu: kelahiran Siddhartha calon Buddha, pencapaian Pencerahan Sempurna Buddha, serta kemangkatan Guru Agung Buddha. Tiga peristiwa suci itu terjadi pada hari yang sama, yaitu hari purnama raya, bulan Waisak, dengan tahun yang berbeda-beda: kelahiran calon Buddha tahun 623 SM di Kapilavasthu, Nepal; Pencerahan Sempurna tahun 588 SM di Bodhgaya, India; dan Buddha mangkat tahun 543 SM usia 80 tahun, di Kusinara, India. Hari Trisuci Waisak 2560 tahun ini jatuh pada tanggal 22 Mei 2016. Seluruh umat Buddha di dunia memperingati Trisuci Waisak dengan laku puja bakti, meditasi, pendalaman Dhamma ajaran Buddha, serta kegiatan-kegiatan sosial-budaya Buddhis lain.
Cinta Kasih Penjaga Dunia, demikian tema Peringatan Trisuci Waisak 2560/2016. Sangha Theravada Indonesia memandang tema itu sangat relevan untuk dihayati dalam rangka menghadapi berbagai persoalan dunia dewasa ini, seperti dunia berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dunia Dewasa Ini
Kekerasan masih menjadi bagian dari dunia kehidupan dewasa ini, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam sosial masyarakat, bahkan kekerasan dalam kehidupan beragama pun membuat kita terhenyak, karena kekerasan itu dilakukan atas nama agama yang sebenarnya sama sekali bertentangan dengan ajaran agama tersebut. Mahatma Gandhi (1869-1948) menyatakan akar kekerasan adalah kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, perdagangan tanpa moral, ilmu tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip. Begitu banyak macam kekerasan dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, sebagai suatu ekspresi perilaku individu ataupun kelompok orang secara fisik, verbal, maupun mental yang mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan terhadap kebebasan dan martabat orang lain.
Buddha Gotama menasihati seorang bhikkhu yang keras kepala dan suka bertengkar dengan sesama bhikkhu: siapapun yang memendam kebencian di dalam dirinya dengan berpikir bahwa ia telah menyiksa diriku, ia telah memukulku, ia telah mengalahkanku, bahkan ia telah merampas barang-barang milikku, maka kebencian tidak akan lenyap dalam benak hatinya. Lebih lanjut Buddha Gotama mengatakan: dalam dunia ini, kebencian tidak akan berakhir dengan kebencian, kebencian hanya dapat dilenyapkan dengan cinta kasih, ini adalah kebenaran abadi. Mengapa masih ada orang-orang yang menyukai pertikaian? Karena masih banyak orang tidak mengerti, bahwa kita dapat binasa di dunia ini akibat dari perselisihan, ia yang memahami kebenaran ini, akan berusaha melenyapkan perselisihan, demikian penjelasan Buddha Gotama. Pada saat terjadi pertempuran antara Raja Kosala dengan Raja Ajatasattu di India, terjadi kekalahan Raja Kosala dan kemenangan bagi Raja Ajatasattu, Buddha memberi nasihat demikian: kemenangan menimbulkan kebencian, orang yang kalah hidup dalam kesedihan, orang dapat tenang dan damai batinnya apabila ia telah mengatasi kemenangan dan kekalahan. (Dhammapada: 3, 5, 6, 201)
Cinta Kasih sebagai Pencegah Kekerasan
Cinta kasih merupakan bahasa hati, bahasa dari hati ke hati. Cinta kasih adalah suatu kekuatan yang mengaitkan hati dengan hati untuk menyembuhkan dan menyatukan kita dalam kebersamaan yang sesungguhnya. Pikiran-pikiran cinta kasih yang sangat berkembang memiliki kekuatan magnetis yang dapat mempengaruhi dan menarik hati orang lain. Dengan cinta kasih kebahagiaan manusia bertambah, dunia menjadi lebih cerah, lebih mulia dan lebih suci, serta menciptakan kehidupan yang lebih baik. Cinta kasih merupakan pengharapan kesejahteraan dan kebahagiaan terhadap semua makhluk hidup, tanpa dibatasi oleh sekat apapun. Ia adalah sifat persaudaraan seorang teman yang penuh kebaikan. Cinta kasih merupakan sebuah kekuatan mental yang aktif, setiap tindakan cinta kasih dilakukan dengan pikiran untuk membantu, menolong, menghibur, membuat orang lain lebih mudah hidupnya, dan lebih mampu untuk mengatasi kesedihan.
Cinta kasih dikembangkan dengan jalan mempertimbangkan buruknya kebencian, dan manfaatnya membuang kebencian. Kebencian membatasi, cinta kasih membebaskan. Kebencian mencekik, cinta kasih melepaskan. Kebencian menimbulkan penyesalan, cinta kasih menghasilkan kedamaian. Kebencian bersifat menghasut, cinta kasih bersifat menenteramkan. Kebencian memecah belah, cinta kasih menyatukan. Kebencian mengeraskan, cinta kasih melembutkan. Kebencian menghalangi, cinta kasih menolong. Demikianlah kita dapat memahami dengan benar dan menyadari akibat dari kebencian dan manfaat cinta kasih, sebagai dasar dari pengembangan cinta kasih.
Cinta kasih berpasangan dengan welas asih, yaitu sifat luhur yang membuat orang mulia tergetar hatinya merasakan penderitaan. Welas asih ibarat seorang ibu yang pikiran, ucapan, dan perbuatannya berkeinginan menyingkirkan kesulitan hidup anaknya. Welas asih memiliki sifat tidak mampu membiarkan penderitaan terjadi pada orang lain dan merupakan manifestasi dari tanpa kekerasan. Welas asih dan kekerasan tidak dapat berdampingan, karena welas asih bersifat membangun sedangkan kekerasan bersifat merusak. Hati yang keras diatasi dengan welas asih. Welas asih menjiwai seluruh ajaran Buddha. Karena semua kebenaran ajaran Buddha memiliki welas asih sebagai dasarnya, sebagai pijakannya.
Semua makhluk menderita (dalam satu atau lain hal). Penderitaan bisa saja dalam bentuk fisik atau mental ataupun keduanya. Semua orang mengetahui apa itu penderitaan karena lapar, membutuhkan pakaian, tempat tinggal, karena penyakit, dan lain-lain. Kematian dapat terjadi pada semua orang. Maka, janganlah kita membuat penderitaan orang lain bertambah, tapi buatlah mereka yang bertengkar menjadi bersahabat, persatukan mereka yang tercerai berai, hindarilah kekerasan berilah kedamaian dan harmoni bagi siapapun juga yang berkehendak baik dalam menjalani hidup ini. Memperlakukan orang lain sama halnya dengan memperlakukan diri sendiri.
Selamat Hari Trisuci Waisak 2560/2016, marilah umat Buddha sekalian mengembangkan cinta kasih dan welas asih dalam hati sanubari masing-masing. Karena penerapan cinta kasih dan welas asih itulah yang pasti dapat menjaga dunia ini dari kehancuran akibat kekerasan. Dunia yang terjaga baik menjadi kondisi yang sangat kondusif bagi tumbuh berkembangnya salah satu nilai dari Revolusi Mental yang digagas oleh Bapak Presiden Joko Widodo, yaitu gotong royong dengan turunannya seperti kerjasama, solidaritas, komunal, kerelawanan, dan berorientasi kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Kota Mungkid, 22 Mei 2016
SANGHA THERAVADA INDONESIA
ttd.
Bhikkhu Jotidhammo, Mahathera
Ketua Umum / Sanghanayaka