MAGABUDHI, Juli 2014 –
Upasaka upasika atthasila di vihara mendut dihadiri oleh 1000 orang . Belajar hidup sederhana dan melepaskan kekotoran bathin dari kebencian ,kesombongan dan kebodohan . Peserta yang datang dari bermacam macam desa sekitar jawa tengah sangat antusias dan disiplin . Pagi tadi kami menikmati makan pagi yang sederhana nasi bungkus yg berisi gudeg sayur buncis ,telor dan nasi. Lalu melakukan meditasi di pimpin oleh bhante cattamano mahathera. Sebentar lagi makan siang dan makanan terakhir pada hari ini akan di bagikan. Demikian bunyi status Ramani PMy. Wenny Lo, donatur sekaligus ketua yayasan Vihara Theravada Buddhasasana, Kelapa Gading, di halaman Facebooknya (FB) yang turut hadir dan turut serta menjadi bagian dalam acara tersebut yang diikuti pula oleh rombongan yang lain dari Vihara Theravada Buddhasasana seperti PMd. Susyanto (Office Manager VTBS) dan Saudara Ariyanto (Desain Grafis VTBS). Hal ini merupakan bukti betapa susksesnya acara “Atthasila Asadha Puja 1000 Upasaka Upasika” di Vihara-Candi Medut-19 – 21 Juli 2014.
Seribu umat Buddha berkumpul di Vihara Mendut, Kabupaten Magelang, untuk mengikuti kegiatan “Atthasila Asadha Puja 1000 Upasaka Upasika” di Vihara-Candi Medut-19 – 21 Juli 2014, dengan begitu antusias. Mereka berasal dari berbagai wihara di Jawa Tengah dan DIY. Menurut Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia Bhikkhu Jotidhammo Mahathera, kegiatan tersebut memiliki maksud untuk melatih moralitas dan spiritualitas para umat Buddha. Mengingat moralitas masyarakat saat ini cenderung menurun.
“Atthasila itu merupakan latihan praktik hidup sederhana, mencegah keinginan yang tidak perlu, meminimalkan keinginan rendah yang bisa mendatangkan kebahagiaan. Ini juga untuk latihan moral agar hidup kita dijauhkan dari keburukan sehingga menghasilkan manfaat yang luhur,” tutur Jotidhammo di sela kegiatan, Minggu (20/7/2014).
Dijelaskannya, Atthasila di komplek Candi Mendut ini juga merupakan bentuk peringatan Hari Raya Maha Asadha Puja atau perayaan Sang Buddha pertama kali menyebarkan ajarannya. Kegiatan ini kali pertama digelar di Indonesia.
Jotidhammo memaparkan, moralitas rakyat Indonesia dewasa ini cenderunt merosot dibanding beberapa tahun lalu. Banyak orang yang lebih mengedepankan emosi untuk memecahkan masalah dibanding dengan bersabar.
“Banyak orang sering tidak sabar, tidak mampu mengendalikan diri. Karena memang perkembangan zaman yang juga sangat cepat. Lihat saja sekarang banyak yang orang emosi hanya karena menunggu tanggal 22 Juli 2014. Mbok ya sabar, pasti tanggal itu tiba,” ucapnya.
Ia berharap, apabila latihan Atthasila ini dilakukan secara terus-menerus, akan mampu mengubah perilaku individu menjadi individu yang lebih sederhana, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku sosial masyarakat dan perilaku suatu negara ke arah yang lebih baik dan lebih positif.
Ketua Panitia Aththasila, Wirya Purwasamudra menambahkan, kegiatan ini digelar selama tiga hari sejak Sabtu-Senin (19-21/7/2014). Selama kegiatan, umat Buddha mengikuti serangkaian kegiatan baik teori maupun praktik.
“Setelah kegiatan ini kami harapkan bisa dipraktikan di wihara dan lingkungan masing-masing peserta,” kata Wirya.
Pada kesempatan itu pula, umat Buddha berdoa untuk seluruh makhluk hidup dibumi agar selalu damai, terutama agar bangsa Indonesia diberi kedamaian dan keamanan terutama menjelang rekapitulasi pilpres oleh KPU pusat Selasa (22/7/2014) besok.
Aktivitas ini merupakan revitalisasi ~ sudah sejak kecil saya laksanakan Atthagangga Sila pada Hari Uposatha ~ klo sampai gagal melaksanakan rasanya menyesal – Laksanakan terus untuk ketahanan batin memelihara Buddha Dhamma !