081312351976 ppmagabudhi@yahoo.com

PC MAGABUDHI JAKARTA UTARA SUKSES MELAKSANAKAN KDAB DI BULAN MARET


Pengurus Cabang MAGABUDHI Jakarta Utara telah melaksanakan Kursus Dasar Agama Buddha (KDAB) selama 2 kali pertemuan, yaitu tanggal 20 dan 27 Maret
2016, di Vihara Theravada Buddha Sasana, Kelapa Gading.

Jumlah peserta 
adalah 64 orang, yang berasal dari berbagai vihara dan sekolah di Jakarta. 


Pada akhir KDAB dilakukan Visudhi Upasaka/Upasika yang diikuti oleh  23 peserta, dipimpin oleh PMd. Andriyanto dan pemberkatan oleh Bhikkhu Uggaseno

MENYADARI “KILESA” PADA DIRI KITA


Semarang, 13 Maret 2016

“Kita banyak yang tidak menyadari bahwa “kilesa” (kemelekatan) merupakan penyakit batin yang sangat merugikan. Akibat “kilesa”, sering kita kehilangan logika, bahkan bisa mencelakakan, Itulah sebabnya kita wajib menyadari “kilesa” pada diri kita sendiri.”

Demikian disampaikan oleh Pandita D. Henry Basuki pada pembinaannya dihadapan umat Buddha di Vihara Buddhagaya Watugong, Minggu malam 13 Maret 2016.


Dijelaskan  bahwa vihara ini sudah mengingatkan bahwa bagi orang yang ingin melaksanakan dhamma hendaknya menghancurkan “kilesa” berupa lobha, dosa dan moha. Pengingat tersebut berupa relief yang dipasang pada lantai menuju pintu masuk dhammasala. Secara simbolis, sebelum masuk hendaknya kita menginjak-injak relief tersebut. Relief termaksud berupa ukiran ayam jago menggigit ekor ular, ular menggigit ekor babi dan babi menggigit ekor ayam jago.

Pada kesempatan ini Pandita D. Henry Basuki juga mengingatkan bahwa karena adanya “kilesa” maka orang jadi sombong. Kesombongan in itu tumbuh menjadi beranggapan  mengerti segala hal. Kita sering menemui orang yang bertanya namun sudah punya konsep dugaan akan  jawab pertanyaan yang diajukan. Akibatnya, dugaan tersebut jadi dominan sehingga kemungkinan dia tidak mendengar jawab atas pertanyaannya.

Kesombongan akan diiringi keserakahan, malas belajar dari pengalaman diri sendiri maupun pihak lain sehingga serba “sok tahu”, atau yang maksud sebenarnya “tidak tahu”

Diharapkan bila kita mempunyai sifat buruk yang merusak batin, segeralah kita kikis dengan cara melaksanakan sila dan bhavana yang memunculkan panna (kebijaksanaan) dalam menempuh kehidupan. Bila “kilesa” tidak dikikis dengan pelaksanaan sila,maka kita tidak  mengerti kebenaran. Orang yang tidak mengerti kebenaran beranggapan yang tidak benar dikira benar dan yang tidak baik dikira baik.

Kepada para pembabar dhamma diharapkan rajin mempelajari dan meneliti kembali setiap ajaran Sang Buddha yang disampaikan. Kalau malas meneliti kemungkinan terjadi intervensi keyakinan lain yang disampaikan. “Saddha” atau keyakinan umat Buddha tidak bisa dibandingkan dengan keyakinan lain, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena paham agama bersumber pada kitab suci yang tidak sama.


Namun demikian,setiap agama pasti mengajarkan kebenaran serta tidak membenarkan tindak kejahatan maupun tindakan tercela. Menjadi kewajiban kita bersama untuk membenarkan yang salah bukannya membiarkan dengan sikap acuh tak acuh.

Kalau kita malas membenarkan, maka kesalahan akan terus berlanjut dan mereka yang melaksanakan kebenaran akan menjadi pihak yang tersisih. Kita wajib  “action”, karena pembiaran terjadinya keselahan akan menggoncangkan kehamonisan dalam kehidupan.

 

EMPAT TAHUN CANDI KHEMASARANO


Juwana, Pati 3 Maret 2016

Bhikkhu Saddhaviro Mahathera mengingatkan bahwa untuk memelihara keberadaan tempat ibadah seperti Candi Khemasarano ini diperlukan ketulusan umat Buddha untuk merawatnya. Tentu saja dalam pelaksanaannya banyak hal yang menjadikan personil pengurus tidak senang karena orang sering mencela usaha mulia termaksud.

Demikian pesan Bhikkhu Saddhaviro Mahathera dihadapan umat Buddha yang memadati area Candi Khemasarano, terletak di ds Bakaran Wetan, Juwana, Pati pada tanggal 3 Maret 2016 malam.


Acara ini dititik beratkan sebagai 4 tahun berdirinya monumen Candi Khemasarano, namun demikian yang lebih penting justru pattidana  memperingati 17 tahun wafatnya YM Bhikkhu Khemasarano Mahathera yang dipancaka di Krematorium “Budhi Luhur”, desa Tlogobetu, Juwana keesokan harinya. Selanjutnya, pada 6 Maret 1999, abu jenazah beliau ditempatkan di Vihara Tanah Putih. Sebagian abu jenazah ini kemudian pada 3 Maret 2012 ditempatkan pada altar Buddha di Candi Khemasarano bersamaan dengan peresmian berdirinya monumen tersebut. Acara pattidana puja dipimpin oleh Pandita Madya Hartono yang memang tekun memimpin setiap puja yang dilaksanakan lepas senja di Candi Khemasarano.

YM Bhikkhu Khemasarano Mahathera lahir 23 Agustus 1915 di Bakaran Wetan, Kec. Juwana, Pati, wafat pada 3 Maret  1999 di Semarang dalam usia 84 tahun. Pada tahun 1970 setelah pensiun dari Kementrian Pekerjaan Umum sbg bendaharawan di Jakarta, beliau menjalani hidup sebagai anagarika (atthangga sila upasaka) di Vihara Tanah Putih.

Pada 26 Juli 1972 beliau melaksanaan pabbajja sebagai Samanera oleh Bhikkhu Jinapiya, kemudian diupasampada pada 13 Juli 1973 oleh Somdej Phra Nyanasamvara, Sangharaja Thai di Wat Bovoranives Vihara, Bangkok. Bersama beliau juga diupasampada Bhikkhu Aggabalo (setelah lepas jubah dikenal dengan nama Cornelis Wowor)

Pada 23 Oktober 1976, bersama 4 bhikkhu YM Khemasarano memproklamikkan berdirinya Sangha Theravada Inonesia di Vihara Tanah Putih Semarang.

Pesan beliau terhadap generasi penerusnya antara lain agar kita memberikan  pelayanan  kepada umat Buddha  secara  baik dengan penuh pengabdian, tidak menghitung apa yang didapat. Pesan ini ditekankan lagi agar kita memberikan  pelayanan kepada masyarakat karena masyarakat banyak punya harapan pelayanan masalah agama Buddha  dari setiap vihara. Pesan yang tidak dipahami namun sering diucapkan beliau agar di Vihara Tanah Putih didirikan sima sehingga dapat dilaksanakan upasampada bhikkhu.

Menurut Sumarno yang tekun merawat Candi Khemasarano serta sering mendapatkan pesan beliau, peringatan setiap 3 Maret senantiasa dilaksanakan. Kalaupun dana sangat terbatas, acara yang diusahakan oleh umat Buddha di Bakaran Wetan ini tetap dapat terlaksana dengan baik. Adapun waktu pelaksanaannya pada sore/malam hari karena pada siang harinya umat memenuhi kewajibankeluarga mencari nafkah.

Hadir dalam acara ini Bhikkhu Saddhaviro Mahathera yang sangat diperjuangkan menjadi anggota Sangha oleh mendiang Bhante Khemasarano. Beliau hadir bersama Bhikkhu Sujato Thera yang datang dari Jepara, Bhikkhu Khemacaro datang dari Semarang serta Samanera Aggasilo.


Acara ritual pattidana (pelimpahan jasa) yang sekaligus kemeriahan (sukacita) atas dibangunnya monumen kebanggaan para siswa Bhante Khemasarano, dimeriahkan dengan pentas gamelan (musik Jawa) group  “Suko Laras” yang “manggung” sesaat setelah selesainya acara ritual hingga pukul 02:00 dinihari.

Acara hingga selesai disimak juga oleh Kepala Desa Bakaran Wetan Subari Noto Buwono. Juga hadir salahseorang siswa Bhente Khema yang akrab dengan beliau di Vihara Tanah Putih, yaitu Pandita D. Henry Basuki.Dia senantiasa mengajak setiap siswa dan siapa saja yang merasa diasuh oleh mendiang Bhante Khema untuk hadir setiap tanggal 3 Maret di Candi Khemasarano.

Ratusan umat Buddha serta para kadang (saudara) pemeluk berbagai agama dari wilayah Juwana dan sekitarnya memenuhi halaman Candi Khemasarano,.

 

PC MAGABUDHI KETAPANG siap mendukung terselenggaranya Pasamuan Agung MAGABUDHI IX


Pengurus Pusat MAGABUDHI akan mengadakan Pasamuan Agung IX pada tanggal 5 – 7 Mei 2016 di Jakarta dengan tema “Membangun Karakter Melalui Peningkatan Moral, Karya Nyata dan Kesejahteraan”. Pasamuan Agung tersebut akan diikuti oleh Pengurus Pusat, utusan Pengurus Daerah, utusan Pengurus Cabang dan para Pandita dari seluruh Indonesia. Diantara PC yang akan hadir salah satunya adalah PC MAGABUDHI Kab. Ketapang. PC yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat ini bahkan sudah berkomitmen untuk membantu dengan akan mentransferkan dana untuk keperluan pasamuan agung tersebut. Sungguh luar biasa semangat dari PC MAGABUDHI Kab. Ketapang. Anumodana.

MAGABUDHI AKAN MENGGELAR PASAMUAN AGUNG IX


Masa bakti kepengurusan Pengurus Pusat Majelis Agama Buddha Theravāda Indonesia (MAGABUDHI) untuk periode tahun 2011 – 2016 akan segera berakhir. Untuk melaksanakan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Program Umum serta ketentuan–ketentuan lainnya dalam organisasi Majelis Agama Buddha Theravāda Indonesia, maka perlu dibentuk dan diangkat Pengurus Pusat Majelis Agama Buddha Theravāda Indonesia yang baru untuk periode masa bakti tahun 2016 – 2021. Pasamuan Agung Majelis Agama Buddha Theravāda Indonesia sebagai pemegang wewenang tertinggi, memandang perlu untuk segera menyesuaikan dan menetapkan kembali Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Program Umum dan ketetapan–ketetapan organisasi Majelis Agama Buddha Theravāda Indonesia lainnya yang dianggap perlu untuk masa bakti tahun 2016 – 2021.  Pasamuan Agung akan dilaksanakan pada   Kamis – Sabtu, 5 – 7 Mei 2016, tempat      :  –   Pembukaan di Auditorium Kemenag RI, Jl. Thamrin No. 6, Jakarta Pusat. Sidang Pasamuan di Hotel Mega Matra, Jl. Matraman Raya No. 115, Jakarta Timur. Pasamuan yang akan mengusung tema “Membangun Karakter Melalui Peningkatan Moral, Karya Nyata dan Kesejahteraan”. Pasamuan Agung tersebut akan diikuti oleh Pengurus Pusat, utusan Pengurus Daerah, utusan Pengurus Cabang dan para Pandita dari seluruh Indonesia.