081312351976 ppmagabudhi@yahoo.com

MAGABUDHI_Semarang, 16 Maret 2016


Sebuah buku berjudul “RATTA PRAHARN
di Negeri Gajah Putih” 346 halaman, terbitan Kanisius Yogyakarta kurang dimengerti oleh kalangan umat Buddha walau isinya Buddhistis, ditulis oleh seorang mantan bhikkhu asal Muntilan.  

Dalam bahasa Thai, Ratta Praharn berarti kudeta yaitu perebutan kekuasaan dari sebuah pemerintah yang ada. Di Thailand kudeta dilakukan oleh pihak militer dengan menggerakkan pasukan tentara.  

Penulis buku ini, Teddy Prasetyo yang pada tahun 1970 dipabbajja, menjadi Samanera selama satu tahun agar bisa menyesuaikan hidup sebagai viharawan negeri di Thai, kemudian diupasampada tahun 1971 menjadi Bhikkhu Jeto di Wat Bovoranives oleh Somdet Pra Nyanasamvara. Ia berhasil menyelesaikan 3 vassa dengan acarya Phra Vidhurdhammaborn (Bhante Win)

Teddy kembali hidup sebagai perumah tangga pada tahun 1975. Ketika peristiwa Kudeta 1976 yg merembet sampai penyerbuan ke Universitas Thamasat, dia masih menyelesaikan S2 di Mahidol University.

Sebagai seorang Indonesia yang tinggal di Thailand lebih dari 40 tahun, penulis buku ini  tertarik untuk mempelajari dan kemudian menjelaskan tentang fenomena unik yang terjadi di sebuah negara tetangga sesama ASEAN. 

Bermula penulis tinggal  di Wat Bovoranives untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Buddha aliran Theravada, kemudian meneruskan pendidikan meraih gelar Master’s di Universitas Mahidol. Setelah itu bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia, kemudian meniti karir panjang pada sebuah badan pemerintah Amerika Serikat di Bangkok.  Selain menguasai bahasa Thai, penulis juga telah menjalin jaringan komunikasi yang luas dengan anggota masyarakat lokal dari berbagai lapisan dan berbagai bidang profesi.

Buku ini disusun sedemikian rupa untuk memperkenalkan kepada pembaca Indonesia beberapa segi negara Thailand seperti pentingnya lembaga monarki, agama Buddha aliran Theravada, Angkatan Bersenjata Thailand, dan peranan media dalam percaturan politik. Selain itu, sejarah negara yang dahulu dinkenal dengan nama Siam juga dibahas dalam buku ini.  Penulis mempunyai harapan agar buku ini akan lebih memperluas pemahaman pembaca terhadap sebuah tetangga dekat yang memiliki watak kepribadian mirip dengan Indonesia.

Pada 16 Maret 2016 siang buku “RATTA PRAHARN Di Negeri Gjah Putih” dibedah oleh Rotary Club Semarang  bekerjasama dengan Universitas Katolik Sugijapranata, mengambil tempat di Gedung Thomas Aquinas, kampus Universitas tersebut. Sebagai pembahas Benediktus Benny D.Setianto SH, LL.M, MIL dekan Fakultas Hukum dan Komunikasi Unika Sugijapranata dan Adi Joko Purwanto, SIP, MA, Ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim, dengan moderator sastrawan Triyanto Triwikromo, redaktur senior Harian Suara Merdeka.

Baik Benny Setianto maupun Adi Joko Purwanto menilai buku ini isinya beragam, baik mengenai agama Buddha, tata masyarakat, tata pemerintahan,, hukum dan politik.

Walau oleh penulisnya sudah dijelaskan bahwa isinya bukan kajian ilmiah, namun sangat unik dan bermanfaat,

Acara yang dibuka dengan pembacaan doa secara agama Buddha oleh Pandita D. Henry Basuki, sambutan oleh Cindy Bachtiar selaku Ketua Rotary Club Semarang Kunthi dan Donny Danardono,SH, Mag Hum, selaku Ketua Prodi Magister Lingkungan & Perkotaan Unika Sugijapranata ditutup dengan tanya jawab yang cukup menarik, antara lain tanggapan dari para mahasiswa muslim Thailand yang sedang menempuh study di Universitas Wahid Hasyim.