Seni adalah Ekspresi dari pemikiran, perasaan, luapan emosi dan jiwa seseorang yang dituangkan dalam banyak bentuk baik suara, gerak dan lain sebagainya yang sarat akan keindahan dan makna.
Seni suara, tak bisa dilihat hanya bisa didengar, memadukan harmonisasi nada-nada untuk dilantunkan, menghibur dan dapat menyentuh pendengarnya. Semoga dapat menyirami hati yang kering dengan irama-irama indah kehidupan.
Seperti halnya, beberapa waktu yang lalu diadakan Pementasan Langenswara BADRASANTI untuk memenuhi undangan/permintaan pihak Gereja Isa Almasih Semarang untuk mengisi acara KIDUNG DAMAI 3. Pementasan yang dilaksanakan pada Selasa, 29 Oktober 2013, pukul 18:00 – 23:00 WIB, di Halaman Gereja ISA ALMASIH, Jl. Pringgading 13– Semarang, telah memberikan makna dengan lantunan merdu “puisi” kehidupan yang sarat akan filosofi “laku” hidup.
Pagelaran atau pementasan yang diambil dari Kitab Badrasanti berisi ajaran agama Buddha (Buddha Dharma) yang ditulis dalam bentuk “sekar” (puisi Jawa) oleh mPu Santibadra, pemuka masyarakat pada abad ke XV yang beragama Buddha. Beliau yang menjabat sebagai Bupati Tuban kala itu, setelah purna tugas melakukan laku spiiritual dan menulis syair dalam bentuk “pangkur lamba”. Beliau menguraikan Buddha Dharma dalam nuansa masyarakat akar rumput. Ternyata syair syair yang ditulis menjadi pegangan masyarakat Jawa yang beragama Buddha, dilantunkan dalam setiap perhelatan dengan menggunakan gamelan.
Umat Buddha yang hidup dalam keterikatan Budaya Jawa banyak yang menggunakan isi kitab Badrasanti sebagai petuah, bahkan sebagai wejangan menjelang tidur bagi anak-anak. Usaha memelihara keberadaannya dibentuk “Langenswara Badrasanti” di Kabupaten Temanggung, mengisi perhelatan umat Buddha dengan peralatan musik gamelan sederhana.
Demikian BADRASANTI sebagai Seni kehidupan adalah bagaimana merubah dan menata hidup ini dengan keindahan, dimulai dari seni melatih diri, melatih untuk merubah diri ke arah yg lebih positif bermanfaat dan dapat dirasakan oleh semua orang.
Seni kehidupan dilandasi dengan pengembangan kematangan pola berpikir dan cara memandang terhadap sesuatunya. Sehingga kita mampu memberi sentuhan, goresan, dan kenangan terindah bagi hidup ini.
Yang mengubah paradigma dan pola berpikir yang salah, menjadi tepat sasaran, dan bermanfaat.
Kitab Badra Santi beraksara Latin sudah menipis. Dibutuhkan pencetakan lagi agar tidak punah. Siapa yang berminat mencetak ?
Penerbitan kakawin Badra Santi, baik versi 1967 (PD Buddhis Indonesia Jateng-Ramadharma Reksawardaja) dan versi revisi 1985 (Pujangga Argasoka) sekaligus kajiannya, sudah masuk proses dami (cetak terbatas untuk editing). Sesudahnya, siap didistribusikan untuk manfaat banyak pihak. Terima Kasih Romo Pdt. KRT. D. Henry Basuki, B.A yang telah berjuang untuk BS selama ini.