081312351976 ppmagabudhi@yahoo.com

V K M

Yang saya maksud dengan VKM adalah Vihara Karuna Mukti, vihara yang kokoh yang terletak di Jalan Sasak Gantung – Bandung, Jawa Barat.

Vihara yang berulang-tahun pada tanggal 4 Desember ini tergolong baik dan rapih, sebagian umatnya adalah perantau dari Jawa Tengah bagian Selatan.

Sesuai dengan undangan dari Romo Pdt. Jayana selaku ketua PD MAGABUDHI Jabar, yang sangat didukung oleh Bapak Eko Supeno sebagai Pembimas Buddha, maka pada hari Minggu tanggal 9 Agustus kami melakukan pertemuan di sana, di VKM.

Pertama kami semua yang hadir merasa beruntung karena sempat mendengarkan banyak masukan serta ide-ide segar dari Bapak Eko Supeno, berkaitan dengan program kerja Pemerintah yang penting untuk kita pahami dan dukung bersama, yaitu bahu-membahu memajukan umat Buddha se Jawa Barat di dalam seluruh aspek kehidupannya.

Beliau juga mengingatkan hal yang sama persis seperti yang sudah dikumandangkan oleh Bapak Dasikin (Dirjen Bimas Buddha), bahwa vihara seperti VKM ini, ke depan haruslah dioptimalkan penggunaannya! bukan hanya sebagai tempat untuk kegiatan spiritual belaka misalnya Puja Bakti, akan tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial seperti Baksos; Donor darah, sebagai pusat pendidikan seperti Sekolah Minggu Buddhis (SMB); Kursus-kursus (Kecantikan; Bikin kue; Dhamma Duta), juga sebagai pusat kebudayaan seperti tempat latihan paduan suara; menari; angklung; mendalang, dan lain sebagainya.

Kemudian, menjelang siang pada hari Minggu tersebut, kami sesama anggota MAGABUDHI saling mengasah/mengasih/mengasuh, dan kebetulan saya dengan Romo Bobby Subrata dan Ramani Camellia Darmawan sebagai anggota Pengurus Pusat (PP) berkesempatan memaparkan sedikit (karena waktunya hanya sebentar) tentang Pengantar Tipitaka; Pentingnya tugas seorang Dhamma Duta MAGABUDHI, dan perihal Berbagai Upacara dalam agama Buddha (mencakup cara memimpin upacara sekaligus teknik berbicara di depan umum).

Teman-teman yang hadir ketika itu berasal dari PC Bogor; Bekasi; Depok; Bandung; Cirebon; Jatibarang/Indramayu; Garut. Beliau semua mau dan mampu mengikuti seluruh rangkaian acara dengan sangat antusias, untuk itu semua saya sangat berterimakasih.

Di sela-sela ajang acara penyegaran itu, saat kita semua merasa sudah benar-benar seperti saudara kandung sendiri dan ikut prihatin dengan turunnya jumlah umat di Jabar, maka spontan lahirlah GBJB yaitu Gebrakan Bangkitkan Jawa Barat.

GBJB dimaksudkan untuk menggairahkan pengabdian kita semua di vihara-vihara di kawasan Sunda tersebut, dengan harapan secepatnya menghasilkan satu kondisi pengabdian yang optimal (PC-PC diremajakan/direvitalisasi agar aktif mengadakan berbagai kegiatan dan berkembang lebih pesat), sehingga seluruh umat Buddha bisa kita layani dengan baik segala kepentingannya, serta maju kualitas batinnya.

Selanjutnya dengan rendah hati kami memohon, agar berbagai pihak berkenan untuk mendukung niat baik teman-teman anggota MAGABUDHI se Jabar ini, supaya dalam waktu tidak terlalu lama PC: Karawang; Kota Bogor; Indramayu; Kuningan dan Garut bisa terbentuk kembali dan kemudian segera aktif membina umat serta mengembangkan Buddha Dhamma di daerah kerjanya masing-masing, semoga bisa gesit seperti PC Depok yang baru saja lahir namun sebentar lagi sanggup/berani menyelenggarakan KDAB di Univ. Pancasila – Lenteng Agung (bekerja sama dengan KMB Univ. Pancasila; KMB – UI dan KMB Univ. Guna Dharma).

Salute untuk Ramani Ai, ketua PC nya; Bapak Gimi; Bapak Hermanto dan teman-teman semua umat Cetiya Dhamma Jala di Depok, selamat berjuang demi kepentingan orang lain, semoga senantiasa sukses sejahtera dan berbahagia. Sabbe satta bhavantu sukhitatta.

Jakarta, 27 September 2015, dirangkum oleh USA.

Mangga Gedong “Gincu”

Mangga Gedong “Gincu”

Hari Jumat pagi tanggal 11 September kami berempat yaitu 3 orang anggota MAGABUDHI dari Jakarta Barat: Upc. Lenny Metta; Romo Phurnadi (ketua PC); istrinya Ramani Chrisnawaty Kamal (bendahara PC); dan saya (anggota Jakarta Utara) naik KA Cirex menuju ke Cirebon.

Setibanya di sana kami diantar oleh Romo Djunawi dan Romo Yanto (Ka. PC MAGABUDHI Cirebon) langsung menuju ke Kuningan (perjalanannya sekitar 80 menit), bertemu dengan Romo Waluyo (asalnya dari Wonogiri, temannya Romo Warto Aggadhammo/Ka. PD Jateng) yang rupanya begitu susah payah mempertahankan keberadaan Agama Buddha Theravada di sana. Berbagai kesulitan dalam pembinaan umat dialami oleh Romo Waluyo dan istrinya Ibu Meni. Kami sempat berdiskusi di Vihara Satya Dharma yang umatnya hanya sekitar 8 orang, untuk saling memotivasi agar terus rela mengabdi dengan tulus supaya umat Buddha di Kuningan tetap bisa belajar dan praktik Buddha Dhamma dengan aman dan nyaman, sehingga hidupnya berbahagia. Hari hampir senja ketika kami bergegas kembali ke Kota Cirebon untuk mandi (gaya militer saja), dan segera berangkat lagi ke Jatibarang.

Perjalanan Cirebon – Jatibarang lewat toll sekitar 1 jam. Begitu sampai di Vihara Budi Asih, di Jalan Letnan Joni, no. 55, kami langsung ikut Puja Bakti yang dipimpin oleh Ibu Budi, yang ketika itu rupanya sekalian merupakan Upacara Pattidana.

Sesuai dengan permintaan umat di sana, maka yang ceramah adalah Upacarika Lenny Metta, perihal ‘betapa beruntungnya kita terlahir sebagai manusia’.

Tanya jawab berlangsung sangat ‘seru’, karena memang sudah sekian lama umat ingin mengetahui beberapa hal, berkaitan dengan bagaimana seorang wanita bisa lancar dan benar dalam mempraktikkan Buddha Dhamma dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Sebetulnya semangat untuk sharing seperti ini muncul setelah kami berbicara dengan Bapak dan Ibu Budi (sesepuh kita, orang Jatibarang – Indramayu) dalam ‘pertemuan penyegaran’ yang diselenggarakan oleh PD Jabar di Vihara Karuna Mukti – Bandung pada tanggal 9 Agustus yang lalu.

Ternyata, semua pertanyaan umat yang hadir dapat dijawab dengan tepat dan sigap oleh Upc. Lenny Metta, saya ber-anumodana karenanya, cuma ada 1 pertanyaan yang sepertinya belum terjawab dengan tuntas olehnya, yaitu: Kapan Ramani datang lagi ke sini untuk berbagi? Semoga GBJB, Gebrakan Bangkitkan Jawa Barat yang dimotori oleh Upc. Anton Rousallen mampu berjasa, mengkondisikan agar kegiatan serupa (Puja Bakti bareng) dapat terulang lagi di Jatibarang, di mana 9 orang rombongan dari Losari – Jateng pun mau turut hadir, dan acara serupa bisa juga diadakan di vihara-vihara lainnya di ex Keresidenan Cirebon serta di seluruh daerah Jawa Barat pada umumnya, seperti di Bekasi/Cikarang; Karawang; Garut dan Sukabumi?

Akhirnya, hampir pukul 24 malam kami baru tiba kembali di Sekolah Sariputra – Cirebon untuk istirahat, dan keesokan harinya setelah mengantarkan 3 orang anggota MAGABUDHI dari PC Jakarta Barat ke stasiun KA untuk kembali lebih dulu ke Jakarta, saya dengan Romo Djunawi dan Romo Yanto diantar oleh Bapak Oong dan istrinya Ibu Lan langsung meninjau ke Vihara Dharma Loka, Jalan Pande, no. 35 – Sindanglaut, kemudian ke Vihara Budhi Dharma, di Jalan Lapangan Bola – Ciledug dan terakhir ke Vihara Dharma Mulya di Jln. Klenteng, no. 55 Losari – Jawa Tengah.

Sekembalinya di Cirebon, malamnya kami mengadakan diskusi dengan beberapa teman PATRIA dan aktivis Buddhis bertempat di Sekolah Sariputra, yang juga sempat dihadiri oleh Romo PMy. Bobby Subrata yang datang pada hari Sabtu sore tanggal 12 September bersama keluarganya, yang sedemikian rupa mampu membangun suasana pertemuan yang akrab dan kreatif.

Intinya, semua peserta diskusi merasa ‘plong’ karena telah berkesempatan mengemukakan isi hati juga pendapatnya, dan kemudian setuju agar upaya-upaya yang taktis dan simpatik harus terus dilancarkan agar suasana pengabdian di Vihara Welas Asih bisa lebih harmonis, supaya kita semua bisa merasakan betapa penting dan hangatnya vihara kita bersama tersebut sama seperti di masa silam. Prinsip utama yang lainnya adalah, kita tidak mau menang sendiri atau pun egois, tapi kita harus lebih banyak memberi.

Sungguh manis rasanya apabila kita bisa/mampu saling memberi, . . . . . manis sekali, seperti rasa mangga gedong ‘gincu’ oleh-oleh dari Romo Yanto (yang merupakan kalyana mitta bagi kita semua umat Buddha se Jabar, yang sudah amat sering/banyak memberi dan terus memberi). Selamat mengabdi dengan tulus tiada henti, sukhi hontu teman-teman sekalian.

Cirebon, 13 September 2015, oleh USA.

 

 

 

Tea Walk 2015 Mahkota Tour, PC MAGABUDHI Kota Tangerang, hari Kamis, 24 September 2015


MAGABUDHI-TANGERANG-September 2015
Tea Walk 2015 Mahkota Tour, PC MAGABUDHI Kota Tangerang, hari Kamis, 24 September 2015 ke Agro Wisata Gunung Mas, Puncak, diikuti oleh 370 orang Peserta dan Panitia yg berasal dari 21 Vihara dan Cetiya di bawah binaan dan bimbingan PC MAGABUDHI Kota Tangerang. Dari 370 orang peserta yg ikut, panitia menggratiskan 97 orang Pandita, Upacarika dan masing-masing 2 org Pengurus Vihara/Cetiya sebagai apresiasi pengabdian mereka mengembangkan Buddha Dhamma khususnya di Tangerang Raya. Acara yg bertema ‘Menikmati Hamparan Hijau Daun Teh dan Merajut Kebersamaan’ ini serasa tak cukup mengobati rasa penat sehari-hari, krn bukan hanya anak kecil dan anak muda, tapi juga orang tua bahkan lansia larut dalam acara permainan yg dipandu oleh Rm. Miming (PMy. Surya Miharja). Tea Walk 2015 Mahkota Tour (kepanjangan Mahkota adalah MAGABUDHI Kota Tangerang) yang diketuai oleh Upc. Lukmin dan dimentori PMy. Adi Wijaya ini dimulai dari jam 05.30 berangkat dari Tangerang, dilanjutkan Tea Walk 4 KM melintasi hamparan hijau daun teh, acara permainan antar bus yg seru banget dan door prize, ditutup dengan belanja bareng buah2an dan jajanan khas puncak yang segar dan renyah. Ketua PC MAGABUDHI Kota Tangerang, PMy. Sima Budy mengungkapkan bahwa anggaran utk membiayai peserta kehormatan didapat dari kelebihan dana acara Tour Anjangsana Vihara ke Bali dan Malang bulan Juli 2015 lalu. Semoga acara kebersamaan dan apresiasi pada Pahlawan Dhamma dapat berlanjut di waktu2 berikutnya. Terima kasih kepada seluruh peserta, terima kasih kepada seluruh panitia, kebersamaan dan kekeluargaan yang Anda tunjukkan adalah cerminan umat Buddha yang luar biasa. Semoga semua makhluk berbahagia. (SB)

Family Gathering PD MAGABUDHI Provinsi Banten, Villa Pribadi Puncak, 19 – 20 September 2015


MAGABUDHI_ TANGERANG – SEPTEMBER 2015
Family Gathering PD MAGABUDHI Provinsi Banten, Villa Pribadi Puncak, 19 – 20 September 2015, merupakan rangkaian kegiatan mengenal lebih dekat sesama pengurus dan keluarga sehingga dapat menimbulkan kekompakan dan kekeluargaan para pengurus MAGABUDHI Provinsi Banten beserta anggota keluarga, serta merumuskan agenda kegiatan di akhir tahun 2015 dan proker tahun-tahun selanjutnya.


Family Gathering 2015 PD MAGABUDHI Provinsi Banten yang dimotori oleh PMy. dr. Erdy Techrisna selaku Wakil Ketua II PD MAGABUDHI Prov Banten dan diketuai oleh PMy. Sima Budy selaku Kabid Organisasi ini diikuti oleh 17 pengurus dan 33 anggota keluarga yg diisi dengan acara Puja Bakti, Sambutan-sambutan, Motivasi oleh Ketua PD MAGABUDHI Prov Banten Pdt. Dhammawan dan PMy. dr. Erdy Techrisna, pesan dan kesan dari pengurus tertua PMd. Oey Eng Kiu dan termuda Upc. Nanang Sutrisno, perkenalan peserta dan ditutup dgn acara api unggun menikmati jagung bakar dan mendengarkan suara merdu pasangan harmonis PMd. Oey Eng Kiu & Upc. Wong Mei Lan yg melantunkan lagu Sunda dan Mandarin serta lagu Buddhis, di hari pertama. Sedangkan hari kedua diawali dengan senam pagi jam 06.00 dgn instruktur handal PMy. Yanniwinarti utk melemaskan otot dan melatih pernapasan lewat gerakan Taichi.

Setelah makan pagi yang luar biasa melimpah ruah, acara door prize dan pemilihan pengurus favorit serta peserta favorit juga tak kalah serunya, terpilih sebagai Pengurus Favorit adalah PMy. dr. Erdy Techrisna, Peserta Favorit Upi. Megawati (istri PMd. Surya) dan hadiah utama door prize didapatkan oleh Upc. Nanang Sutrisno, dimana ketiganya mendapatkan peralatan makan dan minum dari melamin ONYX. Acara permainan dan perlombaan kekeluargaan yang dipandu PMy. Surya Miharja sangat menggembirakan semua peserta hingga larut dalam kebersamaan sampai Rm Oey Eng Kiu melepas baju dalam lomba Keluarga Terpanjang yg akhirnya dimenangkan oleh Keluarga PMy. dr. Erdy Techrisna, keluarga PMy. Sumani dan keluarga PMd. Oey Eng Kiu. Jam 10.30 sd 12.30 WIB diadakan Rapat Pengurus, sedangkan anggota keluarga diberikan acara bebas menikmati suasana sekitar Villa, berenang, ataupun belanja sayur dan buah yang segar.

Acara ditutup dengan foto bersama pada pukul 14.00 WIB dan meninggalkan kesan mendalam untuk semua pengurus dan keluarga yang mengikuti. Tulus mengabdi tiada henti, bukan hanya untuk umat Buddha tapi juga keluarga besar Pengurus Daerah MAGABUDHI Provinsi Banten, terwujud melalui acara Family Gathering 2015 ini. Semoga Dhamma kian menyebar, semoga semua mahluk hidup berbahagia. (SB)

Kaltara – Si Bungsu yang Sarat Aktivitas

Kaltara adalah kependekan dari Kalimantan Utara, nama provinsi ke-34 atau provinsi termuda di Indonesia (yang merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur).

Di ibukotanya yakni Tanjung Selor, kita memunyai pengurus daerah (PD) yang diketuai oleh Romo Hiang Adhi Chandra, ditambah dengan beberapa pengurus cabang (PC) di Dati II / Kabupaten, antara lain di Malinau; Nunukan dan Kab. Tana Tidung (KTT).

Ketika Rama/Ramani membaca tulisan ini, di Vihara Dharma Cakra, Jalan. H. Maskur, no. 59 – Tanjung Selor, masih berlangsung Kursus Dhamma Duta (KDD) sekaligus Kursus Pandita (KP), yang pesertanya masing-masing 25 orang, dengan 9 orang pengajar yang berkompeten yaitu: (dari Samarinda) Y.M. Bhikkhu Adhikusalo; (dari Jakarta) Maha Pdt. Trimo Harmanto; Pdt. Camellia Darmawan; Pdt. Dharmanadi Chandra; PMd. Hendry Ganda dan Upc. Andriyanto, kemudian PMy. Ferdiyanto dari Samarinda; PMy. Hendry Tatang dari Balikpapan serta PMd. Seno Wibowo dari Surabaya.

Kaltara termuda, namun semangatnya untuk mengabdikan diri bagi kepentingan sesama, luar biasa. Lagipula berangkat dari kepentingan yang mendesak yaitu merasa butuh banyak teman seperjuangan dalam rangka mengembangkan serta melestarikan Buddha Dhamma di seantero Kaltara, maka mereka berupaya guna menyelenggarakan 2 event besar tersebut secara bersamaan, dari tanggal 24 s.d. 27 September 2015.

Semoga kegiatan penting itu dapat berlangsung lancar dan tepat guna, serta sedemikian rupa memajukan kualitas batin kita semua. Selamat bergabung para upacarika baru, selamat menempuh jenjang pandita muda bagi teman-teman Upc yang memang diusulkan oleh PC nya masing-masing dan kemudian dilantik di sana oleh pengurus pusat (PP) sebagai PMd. Marilah bergandeng tangan kita mengabdi dengan tulus tiada henti, guna merealisir visi kita MAGABUDHI, yaitu membantu mengurangi penderitaan semua makhluk hidup, sukhi hontu.

Jakarta, 21 Sept ’15 (USA).

Bombana

Kabupaten Bombana terletak di Sulawesi Tenggara, di sana ditemukan emas murni bermutu tinggi pada tahun 2008, dan sejak saat itulah Provinsi Sultra yang ibukotanya Kendari ini menjadi terkenal (banyak orang dari Makassar; Palu; Bone; Gorontalo dan kota-kota lainnya datang untuk menambang pasir emas di sana). PD MAGABUDHI sudah lebih dulu ada ditambah dengan 3 PC di 3 Kabupaten, yaitu di Konawe; Konawe Selatan dan Muna Barat.

Pada tanggal 12 s.d. 14 Agustus 2015 saya berada di Kendari namun bukan untuk lanjut ke Bombana, melainkan guna memenuhi undangan dari PD MAGABUDHI Sultra (yang sangat didukung oleh Bapak Sihar selaku Pembimas Buddha di sana). Bermula pada Januari yang lalu, Bapak Sihar datang ke Jakarta dan bertemu dengan Ketum kita, Romo Dharma K. Widya, untuk mengundang datang ke Kendari setelah pertengahan tahun ini, (rencana ini sudah pernah dua kali dilaporkan di dalam rapat PP, kemudian baru ada undangan yang konkrit pada Senin tanggal 10 Agustus, di mana saat itu karena mendadak, Ketum tidak sempat ke sana).

Hari Rabu tanggal 12 Agustus, begitu tiba saya langsung bergabung dengan para pengurus cabang yang hampir semuanya adalah transmigran asal Bali Utara, dan Ramani Since Mamangkey + Ramani Budiasih beserta jajarannya selaku PD.

Dalam rapat konsolidasi yang digelar oleh Pengurus Daerah (PD) tersebut, kita bersepakat atas tiga hal mendasar sebagai berikut.

  1. Theravāda

Sudah tepat, Bapak Pembimas mengajak kita dari MAGABUDHI untuk terus-menerus secara bersama-sama mengembangkan dan melestarikan Buddha Dhamma di daerah kerja beliau, karena kenyataannya keberadaan dan kinerja kita di seluruh pelosok provinsi yang amat luas itu cukup menggembirakan, kita tidaklah diam tetapi anggota MAGABUDHI aktif meladeni kepentingan umat Buddha di daerah pengabdiannya masing-masing, seperti di Moramo; Duria Asi; Raha; dan di Kota Kendari. Begitu juga bhikkhunya (dari STI), secara intensif dan rutin berkeliling ke desa-desa. Dalam pertemuan itu saja berkenan hadir Y.M. Bhikkhu Candakaro yang terbang dari Palu (Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah), beliau menyempatkan diri guna memberikan pengarahan serta masukan-masukan penting betapa sebaiknya kita harus berkoordinasi, dan dengan penuh semangat dan ketulusan tekun membina umat juga diri kita sendiri.

  1. Mandiri

Kehadiran anggota pengurus pusat (PP) di Sultra mungkin jarang sekali, walau begitu pengabdian yang tulus mestilah kita laksanakan setiap saat secara berkesinambungan, maka dari itu teman-teman di sana bertekad untuk memahami segala apa yang seyogianya dilakukan dan sedemikian rupa menempa diri supaya mampu melaksanakannya secara mandiri, tidak mau terlampau ‘tergantung’ kepada orang pusat (tetapi tentunya yang namanya berkomunikasi, menyamakan persepsi/visi-misi serta berkoordinasi atau saling membantu akan tetap kita praktikkan).

  1. Emas

Akhirnya, kami seluruh peserta rapat kerja menyadari bahwa menjadi anggota MAGABUDHI merupakan kesempatan emas untuk banyak berbuat baik, kami bertekad agar hal ini bukan sekadar gula-gula di mulut saja, tapi sungguh-sungguh akan diterapkan dengan konsekuen dan tulus dalam keseharian hidup kami.

photo

Begitu selesai acara rapat, bersama YM Bhante Candakaro (Padesa Nayaka) kami keliling sampai jauh malam ke Moramo, Puja Bakti bersama di Vihāra Sariputra (sebelumnya sempat meninjau Vihāra Buddha Metta di Desa Marga Cinta yaitu tempatnya Romo Mulyono), dan keesokan harinya kami ke Duria Asi, Puja Bakti bersama di Vihāra Dhammakerti. Semua kegiatan yang membesarkan hati seperti itu, bisa terlaksana dengan lancar karena difasilitasi/dikoordinir secara apik oleh Bapak Nam dan Romo Putu Suradnya, yang merupakan pioneer di Kota Kendari. Beliau berdua beserta keluarganya sudah sejak lama sangat peduli dengan kepentingan umat Buddha di seluruh Sultra, telah mengorbankan banyak waktu dan biaya demi terselenggaranya berbagai kegiatan di vihāra-vihāra (terutama di pedesaan, di mana umat kita terkonsentrasi). Sungguh satu pengabdian tanpa pamrih yang luar biasa, Anumodana dan mohon dilanjutkan.

Tidak ketinggalan Bapak Husen Kalangi (asal Makassar) yang baru saja 2 tahun aktif di Vihāra Ratana Dipa – Kendari, beliau rela selama 2 hari tutup toko demi suksesnya kegiatan kami tersebut.

Sangat menggembirakan sebetulnya, apabila kita sebagai anggota MAGABUDHI, apa lagi sebagai PC atau PD pandai memanfaatkan kesempatan emas untuk banyak berbuat baik demi kemajuan batin kita bersama. Semoga sukses dan berbahagia selalu dalam Dhamma.

Jakarta, akhir Agustus 2015. (USA)

photo (2) photo (1)