oleh PP MAGABUDHI | Agu 22, 2014 | Berita
MAGABUDHI_Agustus 2014

Dalam rangka HUT Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) yang ke-14, ICRP menggelar kegiatan Diskusi Sekolah Agama dengan tema “ Memahami dan Menyikapi Fundamentalisme Agama-agama”, yang dilakukan di Sekretariat ICRP, Jl. Cempaka Putih Barat XXI No. 34, Komplek Sekneg, Jakarta Pusat (21/8/2014). Diskusi tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan antar semua stakehorder ICRP, baik lembaga-lembaga stakeholder, pengurus, staff maupun volunteer ICRP, salah satu bagian yang berpatisipasi dalam diskusi tersebut adalah MAGABUDHI, serta mengkaji fenomena fundamentalisme sempit agama dengan studi kasus Zionisme dan ISIS. Dengan diskusi tersebut diharapkan dapat memberikan jalan keluar bagi terciptanya kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan.Untuk mengakomodasi masalah tersebut ICRP mengundang narasumber yang kompeten di bidangnya yaitu Syafig Hasyim – tokoh Agama Islam yang sedang menimba ilmu di Jerman kejenjang doctor, Rm. Albertus Purnomo, OFM – tokoh Agama Katholik.

Ibu Musdah Mulia sebagai ketua umum ICRP mengatakan bahwa, kegiatan ini dilakukan sebagai rasa syukur atas hari jadi ICRP yang ke 14 yang ditandai dari launching pertama ketika Gusdur menjadi presiden pada tahun 2000 serta menempati gedung baru yang akan menjadi base camp ICRP.

Akhirnya rangkaian acara tersebut ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh ketua yayasan Kiai Haji Abdul Muhaimin kemudian dilanjutkan dengan makan bersama sekaligus halal bi halal karena masih dalam suasan Idul Fitri.
Religion for Peace
oleh PP MAGABUDHI | Agu 5, 2014 | Berita
MAGABUDHI_Agustus 2014

PC MAGABUDHI Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat rajin dan rutin menyetorkan iuran anggotanya. Hal ini merupakan pengejawantahan kewajiban seperti yang tertuang pada Anggaran Rumah Tangga (ART) MAGABUDHI terutama Bab III (KEANGGOTAAN) Pasal 11, ayat 4 yang berbunyi “Membayar iuran anggota sebagaimana ditetapkan oleh Pengurus”, serta Bab X (KEKAYAAN) Pasal 29 ; Iuran anggota ditetapkan oleh Pengurus Cabang sesuai dengan keadaan dan perkembangan di daerah masing-masing ; 20 % (dua puluh persen) iuran anggota disetorkan kepada Pengurus Pusat, 20 % (dua puluh persen) iuran anggota disetorkan kepada Pengurus Daerah, 60 % (enam puluh persen) iuran anggota untuk Pengurus Cabang. Demikian ini dilaksanakan guna kelangsungan, kemajuan dan perkembangan organisasi yang tercinta (MAGABUDHI), serta dimaksudkan untuk menumbuhkan persatuan, rasa persaudaraan antara anggota MAGABUDHI dan demi kelestarian Buddha-Dhamma.
Anumodana kepada pengurus dan anggota terutama untuk PC MAGABUDHI Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Selamat mengabdi tulus tiada henti.
oleh PP MAGABUDHI | Jul 21, 2014 | Berita

MAGABUDHI, Juli 2014 –
Upasaka upasika atthasila di vihara mendut dihadiri oleh 1000 orang . Belajar hidup sederhana dan melepaskan kekotoran bathin dari kebencian ,kesombongan dan kebodohan . Peserta yang datang dari bermacam macam desa sekitar jawa tengah sangat antusias dan disiplin . Pagi tadi kami menikmati makan pagi yang sederhana nasi bungkus yg berisi gudeg sayur buncis ,telor dan nasi. Lalu melakukan meditasi di pimpin oleh bhante cattamano mahathera. Sebentar lagi makan siang dan makanan terakhir pada hari ini akan di bagikan. Demikian bunyi status Ramani PMy. Wenny Lo, donatur sekaligus ketua yayasan Vihara Theravada Buddhasasana, Kelapa Gading, di halaman Facebooknya (FB) yang turut hadir dan turut serta menjadi bagian dalam acara tersebut yang diikuti pula oleh rombongan yang lain dari Vihara Theravada Buddhasasana seperti PMd. Susyanto (Office Manager VTBS) dan Saudara Ariyanto (Desain Grafis VTBS). Hal ini merupakan bukti betapa susksesnya acara “Atthasila Asadha Puja 1000 Upasaka Upasika” di Vihara-Candi Medut-19 – 21 Juli 2014.

Seribu umat Buddha berkumpul di Vihara Mendut, Kabupaten Magelang, untuk mengikuti kegiatan “Atthasila Asadha Puja 1000 Upasaka Upasika” di Vihara-Candi Medut-19 – 21 Juli 2014, dengan begitu antusias. Mereka berasal dari berbagai wihara di Jawa Tengah dan DIY. Menurut Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia Bhikkhu Jotidhammo Mahathera, kegiatan tersebut memiliki maksud untuk melatih moralitas dan spiritualitas para umat Buddha. Mengingat moralitas masyarakat saat ini cenderung menurun.

“Atthasila itu merupakan latihan praktik hidup sederhana, mencegah keinginan yang tidak perlu, meminimalkan keinginan rendah yang bisa mendatangkan kebahagiaan. Ini juga untuk latihan moral agar hidup kita dijauhkan dari keburukan sehingga menghasilkan manfaat yang luhur,” tutur Jotidhammo di sela kegiatan, Minggu (20/7/2014).
Dijelaskannya, Atthasila di komplek Candi Mendut ini juga merupakan bentuk peringatan Hari Raya Maha Asadha Puja atau perayaan Sang Buddha pertama kali menyebarkan ajarannya. Kegiatan ini kali pertama digelar di Indonesia.
Jotidhammo memaparkan, moralitas rakyat Indonesia dewasa ini cenderunt merosot dibanding beberapa tahun lalu. Banyak orang yang lebih mengedepankan emosi untuk memecahkan masalah dibanding dengan bersabar.
“Banyak orang sering tidak sabar, tidak mampu mengendalikan diri. Karena memang perkembangan zaman yang juga sangat cepat. Lihat saja sekarang banyak yang orang emosi hanya karena menunggu tanggal 22 Juli 2014. Mbok ya sabar, pasti tanggal itu tiba,” ucapnya.
Ia berharap, apabila latihan Atthasila ini dilakukan secara terus-menerus, akan mampu mengubah perilaku individu menjadi individu yang lebih sederhana, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku sosial masyarakat dan perilaku suatu negara ke arah yang lebih baik dan lebih positif.
Ketua Panitia Aththasila, Wirya Purwasamudra menambahkan, kegiatan ini digelar selama tiga hari sejak Sabtu-Senin (19-21/7/2014). Selama kegiatan, umat Buddha mengikuti serangkaian kegiatan baik teori maupun praktik.
“Setelah kegiatan ini kami harapkan bisa dipraktikan di wihara dan lingkungan masing-masing peserta,” kata Wirya.
Pada kesempatan itu pula, umat Buddha berdoa untuk seluruh makhluk hidup dibumi agar selalu damai, terutama agar bangsa Indonesia diberi kedamaian dan keamanan terutama menjelang rekapitulasi pilpres oleh KPU pusat Selasa (22/7/2014) besok.

oleh PP MAGABUDHI | Jul 15, 2014 | Berita
MAGABUDHI_Juli 2014

Kursus Dhammaduta (KDD) 2014 yang diselenggarakan oleh PD MAGABUDHI Prov. DKI Jakarta telah sukses terlaksana. Kegiatan tersebut digunakan dengan baik untuk menambah wawasan Buddha-Dhamma dengan baik dan memperoleh kemajuan batin. Hal ini terlihat dari antusiasme para peserta dan simpatisan yang mengikuti kursus tersebut.
Kursus Dhammaduta (KDD) yang di ketuai oleh Upc. Freddy Sukwanto, kali ini berlangsung selama 4 (empat) kali pertemuan yaitu tanggal 22 dan 29 Juni serta tanggal 6 dan 13 Juli 2014. Perserta yang ikut pada KDD kali ini berjumlah sekitar 40 orang peserta yang berasal dari wiyaha DKI Jakarta dan sekitarnya.
Kursus ini ditujukan kepada Umat Buddha yang ingin mengabdikan dirinya sebagai Dhammaduta yang memiliki moralitas, integritas, loyalitas serta memiliki ketulusan untuk berbagi Dhamma dan lain sebagainya demi kemajuan dan kebahagiaan banyak orang. Hal ini dimaksudkan agar Buddha-Dhamma tetap lestari sesuai dengan Tipitaka Pali.
Oleh Karena itu pada akhir Kursus Dhammaduta ini, peserta yang lulus diberikan sertifikat dan bagi yang bersedia mengabdi melalui MAGABUDHI dilaksanakan pelantikan Upacarika baru (Anggota MAGABUDHI). Upacarika yang baru hasil KDD kali ini berjumlah 19 orang, ini merupakan sumber baru atau amunisi baru untuk mendukung dan menambah daya pengabdian untuk kemajuan Buddha-Dhamma melalui MAGABUDHI khususnya di wilayah DKI Jakarta.
Pada akhirnya disampaikan terimakasih, Anumodana, kepada semua pihak yang berkenan membantu terselenggaranya KDD kali ini, para Donatur, para Pembicara serta rekan panitia dan lain sebagainya, semoga perbuatan baik yang dilakukan membuahkan kebahagiaan dan kesejahteraan pada waktu sekarang dan akan datang. Serta kepada para peserta saya mengucapkan selamat dan sukses semoga selalu dalam keadaan sehat dan sejahtera. Sadhu.
oleh PP MAGABUDHI | Jul 15, 2014 | Berita

MAGABUDHI_Juli 2014
Kabar gembira telah hadir, Wisma Manula Bahagia – Karuna Mitta Jaya akan dibuka dan siap menerima penghuni. Dengan persyaratan sebagai berikut :
PERSYARATAN PENDAFTARAN WISMA MANULA BAHAGIA
Kategori yang diterima:
1.Berusia 60 tahun atau lebih
2.Sehat rohani dan jasmani dan masih bisa beraktifitas sehari-hari tanpa bantuan khusus dari orang lain
3.Memiliki KTP DKI / dapat menunjukkan KTP yang asli
4. Lulus Tes Wawancara
Persyaratan yang harus dipenuhi :
1.Umat Buddha / simpatisan
2.Surat Rekomendasi Vihara
3.Mengajukan Permohonan Tertulis
4.Atas keinginan sendiri/ bukan paksaan
5.Surat pernyataan dari Penanggung Jawab ( 2 orang ) yang akan menitipkan ke Wisma Manula Bahagia
6.Surat pernyataan setuju dari penghuni bahwa kegiatan rohani akan dilakukan sesuai dengan tata cara Agama Buddha Theravada
7.Mengisi Formulir Pendaftaran dan Kelengkapan Data bagi Calon Penghuni Wisma Manula Bahagia
8.Biaya Rp 3.000.000,-/bulan ( dibayar per 3 bulan )
9.Mengisi Kelengkapan Data dan Memenuhi Persyaratan yang telah ditetapkan bagi Penanggung Jawab
10.Penghuni wisma tidak diperkenankan membawa /menyimpan uang, perhiasan atau barang berharga lainnya di dalam kamar.
11.Penanggung Jawab bersedia memberikan kunjungan rutin.
12.Masa evaluasi penghuni 3(tiga)bulan. Bila selama masa evaluasi atau penghuni sudah tinggal di Wisma Manula Bahagia kemudian diketahui mempunyai penyakit menular/ berbahaya, stress atau mengganggu orang lain, maka penghuni akan kami serahkan kembali kepada penanggung jawab/keluarga.
Dokumen yang diperlukan :
1.Surat Keterangan Dokter
•Foto rontgent (thorax)
•Pemeriksaan laboratorium :
Darah lengkap
Gula darah
Hepatitis
Urine
SGPT
2.Foto Copy KTP Calon Penghuni Wisma Bahagia
3.Foto Copy KK Calon Penghuni Wisma Bahagia
4.Pas Foto 4 x 6 sebanyak 2 (dua ) lembar
5.Foto Copy KTP Penanggung Jawab
6.Foto Copy KK Calon Penanggung Jawab
7.Surat Pernyataan Kesanggupan berdana dari Penanggung Jawab sesuai dengan peraturan yang ada (per bulan kepada Wisma Manula Bahagia)
dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Sekretariat
JL AGUNG BARAT 42 BLOK B No 34 KAV. 6 A, SUNTER AGUNG PODOMORO – JAKARTA UTARA, TELEPON 021 – 36168829.
oleh PP MAGABUDHI | Mei 30, 2014 | Berita
MAGABUDHI_Pati, 15 Mei 2014

“Dalam suasana Hari Raya, disamping kita mengenang kembali tiga peristiwa agung, kita mengingat pula para leluhur yang menjadikan kita ada. Kita wajib menjunjung tradisi luhur yang ada, dilaksanakan dengan pemahaman yang benar”.
Demikian dikemukakan oleh Pandita D. Henry Basuki dalam uraiannya pada Puja Bakti Waisak 2558 di Candi Khemasarano, Juwana (Kab Pati, Jateng) pada pagi hari Waisak 2558 tnggal 15 Mei 2014.
Diingatkan, bahwa untuk dapat merayakan Waisak sebagai hari raya resmi di negara kita, para pendahulu memerlukan waktu 25 tahun sebagai proses perjuangannya. Dengan demikian kita wajib merayakan Hari Waisak dengan penuh makna karena marupakan salahsatu tanda pengakuan adanya agama Buddha sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalan uraian kali ini, disampaikan pula bahwa budaya puja wajib dilakukan secara tekun oleh umat Buddha. Dengan demikian kita dapat memelihara keberadaan setiap tempat ibadah. Pengalaman pahit bagi umat Buddha adalah dinyatakannya Candi Borobudur sebgai monumen mati karena cukup lama tidak dipergunakan untuk puja oleh umat Buddha. Hal ini bisa terulang bila vihara yang ada tidak dipergunakan untuk puja secara rutin.
Sebagai menifestasi pelaksanaan puja, merupakan salahsatu karifan local dengan cara mempersembahkan amisa puja ketika melakukan peribadatan. Banyak umat tidak memperhatikan hal ini.
Sebagian besar umat Buddha tidak mempersembahkan amisa puja secara rutin, padahal bunga di halaman rumah dapat dipergunakan. Paling tidak pada hari uposatha kita usahakan persembahan lilin, dupa dan bunga pada altar sebagai salahsatu bentuk penghormatan pada Sang Triratna. Kalau hal ini sudah membudaya, akan tampak semarak, asri dan anggun vihara-vihara yang ada di Indonesia. Dengan upaya ini, kita membangkitkan kembali vitalitas agama Buddha yang hamper punah karena tenggelam selama 500 tahun.

Di penghujung Puja Waisak ini, umat memberikan ucapan Selamat Waisak kepada para sesepuh. Ucapan Waisak yang disertai rasa hormat atas bimbingan sesepuh dilakukan dengan cara menuangkan air buga di tangan para sesepuh secara bergiliran.
Malam menjelang Waisak 2558, umat melaksanakan puja yang diteruskan dengan tirakatan. Menjelang detik Waisak umat kembali berkumpul. Dibawah pimpinan Pandita Madya Hartono detik Waisak disongsong dengan meditasi yang sebelumnya dibacakan Pesan Waisak 2558 Sangha Theravada Indonesia.