081312351976 ppmagabudhi@yahoo.com

Serba-serbi Jateng : Laporan Kegiatan MAGABUDHI Jawa Tengah

  1. Kegiatan Dhammaclass yang dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2015 di Vihara Buddha Kirti, Manyaran. Kegiatan ini merupakan awal dari kegiatan Sebulan Penghayatan Dhamma (SPD). Peserta Dhammaclass adalah umat Buddha gabungan dari 7 Vihara di sekitar kecamatan Manyaran. Tujuan diadakan Dhammaclass adalah untuk menjalin persaudaraan yang lebih erat dari umat Buddha Manyaran. Pelaksanaan Dhammaclass gabungan 7 vihara ini dilakukan secara rutin setiap hari rabu malam dan hari sabtu malam selama SPD. Berhubung jarak yang jauh untuk melaksanakan kegiatan maka umat perlu kendaraan carteran, dan untuk membantu biaya ini PD Magabudhi Jateng telah menyerahkan dana sebesar Rp 1.500.000 melalui Bapak Tarno.
  2. Kegiatan Atthasila di Vihara Vidya Loka Pekuwon, Pati yang dilaksanakan pada tanggal 2-4 Mei 2015. Kegiatan terebut diikuti oleh 141 peserta yang terdiri dari anak-anak, remaja, dan bapak ibu. Pengambilan sila dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 05.00 WIB dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan, seperti meditasi, pali wacana bersama, dan diskusi Dhamma. Acara ditutup pada tanggal 4 Mei 2015 pada pukul 05.00 WIB yang dilanjutkan dengan bersih-bersih lingkungan Vihara dan peserta pulang.
  3. Kunjungan dari PD Magabudhi Jawa Tengah (Romo Aggadhammo Warto) di Desa Ngrejeng, Kabupaten Blora. Umat Buddha Desa Ngrenjeng, Blora merupakan orang-orang suku Samin yang masih sangat antusias menerima Buddha Dhamma, sehingga perlu adanya pembinaan dan kunjungan dari PD dan PP Magabudhi.
  4. PD Magabudhi Jawa Tengah melakukan kunjungan di Dusun Kagok, Desa Ngarap arap, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan yang masih banyak memiliki siswa sekolah minggu. Dengan adanya pembinaan dan pembekalan bagi siswa Sekolah Minggu Buddha (SMB) diharapkan Buddha Dhamma dapat berkembang dengan generasi yang memiliki semangat, kreatif, dan inovatif. Sehingga umat Buddha dapat memiliki kualitas yang baik dalam pelaksanaan Buddha Dhamma.
  5. Kegiatan Pemberdayaan Umat yang dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2015 di STABN Raden Wijaya. Kegiatan berupa memberikan Kursus membuat kue kering 4 resep, serta memberikan perlengkapan dan bahan untuk membuat kue, khususnya untuk umat Desa Giriwoyo Wonogiri. Kegiatan yang diadakan PD Magabudhi Jawa Tengah ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan umat Giriwoyo dalam bidang ketrampilan dan kewirausahaan. Sehingga ketika umat Buddha memiliki acara dapat membuat kue kering sendiri, dan ketika ada moment tertentu dapat menerima pesanan kue kering. Kegiatan Kursus membuat kue tersebut diikuti oleh umat Giriwoyo yang berjumlah sekitar 50-an dan mahasiswa STABN Raden Wijaya yang berjumlah 60-an. Selain memberikan kursus membuat kue kering, PD Magabudhi Jawa Tengah juga memberikan dana untuk praktek di daerah sebesar Rp 1.000.000.

PELIHARALAH KEHIDUPAN MELALUI PROSES INDAH


MAGABUDHI_ Sala, 12 April 2015
Umat Buddha hendaknya memelihara kehidupan melalui proses yang indah, proses wajar yang kita alami. Kita hendaknya bisa bersyukur bila tidak menimbun berbagai hasil karma buruk yang mengerikan.

Demikian dikemukakan oleh Pandita D. Henry Basuki dalam pembinaannya dihadapan umat di Vihara Dhamma Sundara, Sala Minggu pagi 12 April 2015.


Lebih lanjut dikemukakan bahwa hidup sebaiknya diisi dengan pelaksanaan ajaran luhur Sang Buddha, sehingga kedepan kita menjalani proses kehidupan yang meningkat kualitasnya. Diharapkan agar pemahaman dhamma dilakukan secara kontinyu sedikit demi sedikit, tidak putus atau berhenti. Dengan meningkat kualitas kehidupan, kita akan hidup makin sejahtera dan kesehatan terjaga.

Setiap orang punya potensi untuk hal ini. Inilah perlindungan sejati yang harus digerakkan, harus actian. Tanpa adanya action potensi yang dimiliki sebagai manusia berkualitas tidak ada artinya, Karena aktivitas yang memperhatikan terjaganya kebenaran akan menghindarkan kita dari kesulitan dan malapetaka.

Dalam uraiannya juga diingatkan bahwa datang mendengarkan dhamma yang disebut dhammassavana juga merupakan action yang menggerakkan potensi diri sehingga menghasilkan akibat baik. Dhammassavana adalah pasangan dhammadesana yaitu pembabaran dhamma. Keduanya merupakan rentetan Dasa Punna Kiriya Vatthuni atau Sepuluh Cara Untuk Berbuat Kebajikan/Jasa Dalam rentetan Punna ini didalamnya terdapat pattidana atau pelimpahan jasa kepada para pendahulu yang sudah wafat.

Ketika anjangsana di kota budaya Sala ini, bersama sesepuh umat Buddha Sala Pandita Muda Sektiono dan Dalang beragama Buddha Sukadi, Pandita D. Henry Basuki juga berkunjung ke Kraton Pajang yang diterima tuan rumah, Sultan S. Joyonagoro.

SEPAROH UMAT BUDDHA PINDAH KALIMANTAN


MAGABUDHI_Kudus, 22 Maret 2015

“Sejak adanya tanah longsor yang merusak tempat tinggal serta tanah garapan, separoh umat Buddha di desa Rahtawu pindah ke Kalimantan”, demikian dikemukakan oleh PMd Sujata Suparkam, Ketua Dayaka Sabha Vihara Narada yang terletak di desa Rahtawu, lereng Barat Gunung Muria yang masuk Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus pada Minggu, 22 Maret 2015 pagi.

Sesepuh umat Buddha yang sudah berkiprah lebih empat puluh tahun ini selanjutnya menerangkan dihadapan Pandita D. Henry Basuki bahwa hal ini ditempuh karena trauma karena bencana yang terjadi tahun silam. Namun, dia juga bersyukur karena salah seorang pemimpin umat Buddha ikut transmigrasi ke sana, hingga tetap dapat menjaga kelangsungan dhamma di tanah seberang.

Ketika memberikan pembinaan serta motivasi dihadapan umat Buddha, Pandita D. Henry Basuki antara lain menjelaskan tentang bagaimana cara praktis melaksanakan Sila, Panna dan Bhavana dalam kehidupan sehari-hari. Dikatakan, umat seyogyanya secara rutin mempelajari dhamma walau hanya sedikit.Dengan demikian tidak usah membaca terlalu banyak sekaligus. Umpama isi kitab Dhammapada diambil salahsatu bagian saja setiap hari akan merupakan tuntunan dhamma yang bernilai.


Meresapi arti dhamma sangat penting, karena membaca bahkan hafal bagian dari kitab suci tanpa diresapi artinya, diibaratkan makan buah hanya kulitnya saja, bukan isinya.

Pada seksi tanya jawab, ada yang bertanya teknik pelaksanaan atthasila pada hari uposatha. Mengacu pada buku “Panduan Atthasila” tulisan Kusiani yang baru diterbitkan, maka pelaksanaan atthasila sangat dianjurkan untuk memelihara ketahanan hidup kita, karena kualitas hidup meningkat.

Juga dijelaskan bahwa melaksanakan sila dengan baik mendatangkan perlindungan diri yang mantap dan dahsyat. Bagi orang yang batinnya masih labil, penggunaan paritta guna mengusir ketakutan dan kesulitan hidup tidak ada salahnya. Dijelaskan juga pemakaian paritta untuk mengusir ketakutan akan “makhluk halus”, mengusir penyakit dls. Di luar paritta yang biasa dipergunakan dalam Tuntunan Puja Bakti sehari-hari, dianjurkan penggunaan Mora Paritta secara rutin pada pagi dan malam hari.

Pembinaan di Vihara NARADA dipandu oleh Ramani Ratana Pundarika Sunarti yang Ketua WANDANI Kab Kudus, sedangkan pembacaan paritta dipimpin oleh Ike Rani Susanti.

Dalam perjalanan pulang, Pandita D. Henry Basuki menyempatkan singgah Vihara Girikusala di dukuh Jambu, masih dalam wilayah Rahtawu.

DIALOG & PENANGGULANGAN NARKOBA DI VIHARA COLO

MAGABUDHI_Kudus, 21 Maret 2015

Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, pd Sabtu pagi 21 Maret 2015 pk 07:00 melakukan kegiatan lintas dengan membersihkan makam umat Buddha di Colo, Kec Dawe, Kab Kudus, Jateng,

Di makam yang diperuntukkan khusus untuk umat Buddha inilah dilaksanakan penanaman pohon dan pembersihan agar tidak terjadi longsor dan kelihatan asri.

Selanjutnya, pd pk 09:00 segenap mahasiswa tersebut menggalang kerukunan dan keharmonisan bersama dengan pemuka lintas agama dan kepercayaan pantura serta Muspika dan Polres Kudus memadati aula Vihara Dhammadipa untuk berdialog seputar masalah narkoba.


Dalam penjelasaannya, Kaurbinob Reserse Narkoba Polres Kudus Aipda Imam Sukirno memperkenalkan berbagai jenis narkoba yang wajib diwaspadai oleh segenap lapisan masyarakat, khususnya generasi muda. Dijelaskan pula pasal-pasal sebagai jerat hokum bagi orang yang melakukan penyalahgunaannya, karena penyalahgunaan tersebut menghancurkan pemngguna yang berimbas pada rusaknya tata kehidupan masyarakat.

Budi Santoso, sekretaris mewakili Kepala Desa Colo menekankan perlunya kegiatan semacam ini untuk menggalang rasa tidak membedakan dalam masyarakat yang rukun di wilayah Kudus khususnya, pantura Jateng bagian Timur pada umumnya. Diharapkan silaturahmi antar berbagai golongan masyarakat ini akan memberikan manfaat bagi kita semua.


Sementara, Pandita Madya Sarijo Sariputra, ketua Dayaka Sabha Vihara Dhammadipa sangat berterima kasih dan merasa terhormat bahwa umat Buddha dipercaya sebagai tuan rumah dalam dialog tiga bulanan sekaligus berterima kasih bahwa makam umat Buddha diperhatikan oleh pihak yang beragama lain sebagai wujud kerukunan. PMy S. Sarijo adalah Ketua Dayaka Sabha Vihara sekaligus Ketua PC MAGABUDHI Kab Kudus.

Kegiatan yang berakhir pd tengah hari ini diikuti pula oleh Pandita D. Henry Basuki.

Pada malam harinya, melalui dhammadesana pada puja bakti rutin Vihara Dhammadipa, Pandita D. Henry Basuki mengajak umat Buddha memahami benar apa yang tertera sebagai symbol dalam vihara. Dengan demikian, umat Buddha dapat menjelaskan kepada setiap tamu akan makna Buddha rupang, bentuk bangunan vihara serta peralatan puja yang terdapat pada altar.


Diharapkan pula agar umat setiap hari merenungkan salahsatu bagian dalam kitab suci yang antara lain ada di perpustakaan. Bagian dari sutta bila dibaca dan diresapi merupakan penuntun yang dapat menjadi jalan keluar mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

Sehabis menyampaikan dhammadesana, Pandita D. Henry Basuki dijemput oleh umat Buddha dari desa Rahtawu untuk bermalam di sana.

 

 

BUDAYAWAN SEMARANG KE VIHARA DHAMMA SUNDARA SALA


MAGABUDHI_Sala, 8 Maret 2015

Rombongan budayawan yang terdiri dari pemimpin pranatacara (anoncer) adat Jawa, karawitan, dalang, ketoprak, penulis serta pengajar bahasa dari Kota Semarang dalam kunjungan ke Kraton Mangkunegaran dan Kraton Pajang, datang pula anjangsana ke Vihara Dhamma Sundara yang terletak di kawasan Pucangsawit, Sala.

Di Vihara Dhamma Sundara, rombongan diterima oleh Ketua Dayaka Sabha Vihara Dhamma Sundara PMd Lilik Sunaryo didampingi PMd Sudaryono dan PMd Sektiono.

Dalam sambutannya, PMd Lilik Sunaryo mengharapkan adanya peningkatan tali persaudaraan antara umat Buddha di Sala dengan para budayawan dari Semarang yang dipimpin oleh Kanjeng Raden Mas Haryo DR Setyadji Pantjawijaya. Demikian juga dalam kata sambutannya DR Setyadji mengharapkan adanya saling kenal serta saling pengertian antara pemimpin agama serta pemimpin/pelaku budaya dalam pembinaan yang selaras membangun Indonesia.

Juga dalam kaitan ini dikumandangkan seloka karya mPu Tantular yang menjelaskan Bhinnekha Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa.

Syair Jawa yang ditulis oleh Pujangga beragama Buddha ini dialunkan oleh grup Panembrama Swagotra Budaya Nusantara,

Akhir pertemuan rombongan dari Semarang menyerahkan alat pattidana dari kuningan Juwana kepada Dayaka Sabha Vihara Dhamma Sundara.

PERINGATAN 16 TAHUN WAFATNYA KHEMASARANO MAHATHERA


MAGABUDHI_ Juwana, 3 Maret 2015

Patidana peringatan 16 tahun wafatnya YM Khemasarano Mahathera diselenggrakan pada Selasa malam, 3 Maret 2015 bertempat di Candi Khemasarano, Bakaran Wetan Juwana. (Kab Pati, Jateng)

Ratusan umat Buddha dari sekitar Juwana memenuhi halaman depan Candi, dalam suasana malam purnama menjelang peringatan Magha Puja 2558 yang jatuh pada hari berikutnya.

Enam belas tahun sudah YM Khemasarano Mahathera menghembuskan nafas terakhir kali. Bhikkhu yang wafat pada usia 73 tahun ini adalah salah seorang pendiri Sangha Theravada Indonesia. Sebagai peringatan, tiga tahun silam didirikan Candi Khemasarano sebagai monumen peringatan untuk mengenang jasanya. Semasa hidupnya mendiang Bhante Khema memberikan bimbingan dhamma yang mudah dipahami di segenap pelosok

Sebelum monumen itu berdiri, setiap tanggal 3 Maret sebagai hari wafatnya, umat Buddha memperingati dengan cara melaksanakan upacara pattidana..

Upacara yang dipimpin oleh Nanda dan Nida Karunia, personil PATRIA diawali dengan penyalaan lilin dan dupa oleh Pandita D. Henry Basuki.


Sutarno selaku Dayaka Sabha Candi Khemasarano Mahathera dalam sambutan selamat datangnya menyampaikan juga bahwa peringatan kali ini masih sederhana, memenuhi tekad umat Bujuga di Juwana memberikan pengormatan kepada mendiang Bhante Khema berupa pelimpahan jasa, sekaligus memperingati 3 tahun berdirinya Candi ini,

Berkaitan dengan acara ini, Pandita D. Henry Basuki, salahseorang anggota Pembina Pengurus Pusat MAGABUDHI menyayangkan bahwa acara perhormatan pada YM Khemasarano Mahathera masih belum banyak diketahui oleh umat Buddha. Dikatakan oleh Pandita Henry bahwa dalam kedekatan dengan mendiang bhante, banyak kesan yang terukir pada sanubarinya. Mendiang Bhante Khema pernah berpesan agar Pandita D. Henry Basuki memelihara keberadaan Kitab Badra Santi yang dibacakan dengan menggunakan tembang (lagu) Jawa agar makin banyak umat Buddha memahaminya. Pemeliharaan makna Kitab berisi ajaran agama Buddha yang dirangkai oleh Empu Santibadra, ayah Sunan Kalijaga ini antara lain diwujudkan dengan terbentuknya Langenswara Badra Santi di banyak desa di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Acara peringatan di desa Bakaran Wetan yang terkenal karena hasilnya berupa ikan bandeng, terasi, kerajinan kuningan dan batik tulis ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh sesepuh umat setempat, Sumarno yang diberikan kepada generasi muda Bodhi. Selesai acara ritual, dilaksanakan makan malam bersama, Hadir juga umat Buddha dari berbagai daerah, antara lain Semarang, Magelang dan Yogyakarta.